Jakarta, Aktual.com — Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore bergerak menguat sebesar 134 poin menjadi Rp14.511 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.645 per dolar AS.

“Paket kebijakan ekonmi jilid III yang akan dikeluarkan menjadi salah satu faktor penopang bagi mata uang rupiah,” ujar Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan bahwa salah satu kebijakan yang akan dikeluarkan yakni penurunan harga bahan bakar minyak subsidi, diharapkan penurunan itu dapat mendorong daya beli masyarakat yang akhirnya mendorong permintaan produksi.

Dari eksternal, ia menambahkan bahwa data pekerja Amerika Serikat periode September tahun ini yang melambat membuat pelaku pasar memproyeksikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (the Fed) masih akan berada di level rendah.

“Menurunnya harapan kenaikan suku bunga AS mendorong aset mata uang di negara-negara berkembang mengalami kenaikan,” katanya.

Sementara itu, Ekonom Mandiri Sekuritas Aldian Taloputra dalam kajiannya mengemukakan bahwa Bank Indonesia yang memperluaskan fokusnya untuk menstabilkan mata uang rupiah baik di pasar spot dan pasar “futures” cukup menopang mata uang domestik.

Pada saat bersamaan, lanjut dia, Bank Indonesia juga menguatkan manajemen likuiditas rupiah dengan melakukan “repricing” dan mengenalkan kembali instrumen operasi pasar jangka panjang untuk mengetatkan likuiditas rupiah.

“Kami menilai kebijakan itu akan membantu menstabilkan nilai tukar,” katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (5/10) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp14.604 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp14.709 per dolar AS.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan