Ari menyebut, para pelaku penggoreng isu hoaks hingga ujaran kebencian dengan mengaitkan suku, agama, ras dan golongan (SARA) adalah pengidap gangguan jiwa yang sebenarnya. Bukan itu saja, menurutnya, jenis gangguan jiwa ini juga menular.

“Apa namanya kalau bukan sakit jiwa karena sukanya menggoreng isu hoaks lalu gorengan itu dimakan. Kemudian yang memakannya jadi ikut-ikutan menyebar hoaks?” kata Ari.

Penggoreng isu hoaks hingga ujaran kebencian itu jauh lebih berbahaya dari pada pengidap sakit jiwa yang kini oleh masyarakat justru dituduh sebagai pembuat onar. “Ada kejadian luar biasa (KLB-red) saat ini yaitu terbaliknya logika masyarakat,” lanjutnya.

“Saat penggoreng, penyebar hoaks hingga pelaku ujaran kebencian justru menjadi pahlawan. Sementara pengidap penyakit kejiwaan yang sebenarnya menjadi tertuduh bahkan dihakimi oleh massa. Indonesia darurat KLB akal sehat dan hati yang bersih,” tambah Ari.

Berdasarkan data, Bareskrim Mabes Polri, baru saja mengungkapkan perkara ujaran kebencian atau  penghinaan melalui media sosial oleh Tim Tindak Satgas Patroli Siber Bareskrim Polri dan Sat Reskrim Polres Tanjung Pinang. Pengungkapan itu berlangsung pada Kamis (22/2) di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.

Tersangka berinisial MKN (57), seorang wiraswasta. Dia diduga melakukan pembuatan konten SARA, penghinaan terhadap Kepala Negara hingga Ibu Negara Iriana Jokowi.

“Sebutan apa yang paling tepat bagi lelaki yang berani menghina seorang wanita yaitu Ibu Negara? Kalau lahir dari bukan ibu, sih, enggak apa-apa,” pungkas Ari.

Apalagi, berdasarkan data bahwa dari Desember 2017 hingga Februari 2018 terdapat 21 kejadian kekerasan yang berkaitan dengan tokoh agama dan rumah ibadah.

“Tidak semua dilakukan oleh orang gila. Ada juga karena keramaian di media sosial, orang menjadi paranoid. Jangan menganalisis dari media sosial, tetapi berdasarkan fakta supaya ketemu,” katanya melanjutkan.

Ari Dono pun berjanji mengusut tuntas kasus penganiayaan terhadap tokoh agama selama dua minggu. Hal itu untuk mengungkap siapa aktor di balik teror penyerangan ulama ini.

“Insya Allah dua minggu. Dengan metode spiral kita akan mencari siapa sebenarnya. Kalau kita kaitkan, misalnya, ada tidak konspirasi di balik ini. Nah itu berangkat dari fakta yang kita dapatkan nanti,” kata Ari Dono di gedung MUI.

Terlebih, kata dia, Kapolri Jenderal Tito Karnavian sudah memerintahkan seluruh kapolda untuk melindungi ulama. Kapolri memerintahkan seluruh Kapolda untuk turun ke lapangan langsung untuk menemui kiai dan ulama. Kemudian, melaksanakan kegiatan patroli, seperti halnya di pesantren-pesantren.

“Kemudian preemtifnya dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan patroli di tempat-tempat pondok pesantren dan sebagainya,” kata dia.

Dia juga menambahkan bahwa Mabes Polri juga telah memerintahkan jajarannya untuk berkoordinasi dengan pemerintah daerah, khususnya dengan dinas sosial dan Satpol PP untuk melakukan patroli bersama. Dia menerangkan dinas sosial akan mengamankan orang berperilaku aneh, yang bisa menimbulkan suatu keresahan, kemudian melakukan pendalaman.

“Kemudian untuk rumah sakit jiwa, kami minta data, siapa sih yang baru ke luar, ke mana dia sekarang, itu tentunya sebagai bahan, kajian, bahwa perhatian kami, apa tindak lanjut untuk melaksanakan pengamanan,” kata dia.

Pihak Tertentu Mata-matai Ulama

Artikel ini ditulis oleh: