Pembeli memilih daging segar di pasar Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (15/10). Kementerian Perdagangan (Kemdag) lamban memberi Surat Persetujuan Impor (SPI) kepada 39 perusahaan penggemukan sapi (feedloter). Hal ini berpeluang menyebabkan krisis harga daging sapi akibat minimnya pasokan sapi pada akhir tahun ini hingga awal tahun depan. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan cadangan daging kerbau beku jelang Hari Raya Idul Fitri tercatat ada 28.500 ton. Besaran itu menurutnya cukup untuk memenuhi meningkatnya konsumsi daging masyarakat selama lebaran.

“Kebutuhan daging itu 7.000-9.000 ton. Ambil kata saat puasa dan hari raya naik dua kali lipat jadi 18.000 ton, masih cukup,” kata dia di kantornya, Jumat (16/6).

Disampaikan, pada awal Juli mendatang pihaknya berencana mendatangkan 5.000 ton daging kerbau beku dari India. Jumlah itu merupakan bagian dari volume impor daging sebanyak 51.000 ton yang diberikan pemerintah pada Bulog sejak akhir tahun lalu.

Saat ini, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk daging kerbau beku Rp 80.000 per kilogram. Harga tersebut Rp 20.000 lebih mahal dibanding yang dijual di Malaysia.

Djarot juga menyatakan pihaknya ditugaskan untuk membeli daging. Bulog tidak ditugaskan untuk menurunkan pajak, ongkos pelabuhan hingga biaya sewa cold storage yang di luar kapasitas perusahaan.

Dalam pandangannya, harga akhir Rp 80.000 didapat setelah memperhitungkan sejumlah komponen biaya hingga sampai di tangan konsumen. Biaya-biaya itu bisa jadi berbeda dengan Malaysia.

“Kita juga harus mengecek apakah harga jual daging kerbau ke Malaysia sama dengan harga ke Indonesia,” demikian Djarot.

Artikel ini ditulis oleh: