Anak pengungsi, yang melarikan diri bersama keluarga mereka dari kekerasan wilayah dikuasai Negara Islam, al-Bab, menunggu saat terjebak di desa Akda, Suriah untuk menyeberang ke Turki, Sabtu (23/1). Penjaga perbatasan Turki menghalangi pengungsi untuk mendekati perbatasan negara mereka, menurut keterangan aktivis. ANTARA FOTO/REUTERS/Abdalrhman Ismail/djo/16

Damaskus, Aktual.com – Orang di Kamp Pengungsi Rukban di Suriah Tenggara menghadapi kondisi berat berupa kekurangan makanan dan bahan medis, kata pemantau perang pada Rabu (17/10) kemarin.

Kamp tersebut, yang berada di dekat perbatasan Irak-Jordania, juga menghadapi cuaca ekstrem sebab hujan badai belum lama ini telah menerjang daerah gurun itu, kata Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia.

Daerah tempat kamp tersebut berada dikuasai oleh kelompok gerilyawan Liwa Shuhada Al-Qaryatayn, yang mestinya mengungsi ke Suriah Utara sejalan dengan kesepakatan dukungan Rusia tapi kelompok itu belum melakukannya.

Kelompok pemantau yang berpusat di Inggris tersebut menyatakan situasi berat itu bertambah berat dengan ditutupnya perbatasan oleh Jordania, demikian dilansir Antara berdasar laporan Xinhua.

Kamp tersebut telah diserang oleh milisi IS lebih dari satu kali.

Sementara itu, Kantor PBB di Damaskus mengatakan di dalam satu pernyataan bahwa “persiapan sedang dilakukan untuk rombongan gabungan PBB dan Bulan Sabit Merah Arab Suriah (SARC) pekan depan untuk memberikan bantuan kemanusiaan buat sebanyak 50.000 perempuan, anak-anak dan lelaki yang terdampar di Kamp Rukban”.

“Seluruh situasi kemanusiaan di dalam Kamp Rukban berada pada tahap penting. PBB di Suriah mebersama dengan SARC, akan mencapai kamp itu guna menyediakan bantuan kemanusiaan penyelamat nyawa dalam beberapa hari ke depan,” demikian isi pernyataan yang dikutip oleh Koordinator Kemanusiaan Residen PBB Ali Al-Za’tari.

PBB melakukan koordinasi dengan semua pihak terkait guna menjamin pengiriman cepat dan aman bantuan, tambah pernyataan tersebut. Ditambahkannya, pengiriman terakhir bantuan PBB ke Rukban dilakukan pada Januari 2018 melalui Jordania.

Anggota Uni Eropa di Dewan Keamanan PBB pada Rabu meminta para pelaku politik di Suriah, terutama pemerintah, agar terlibat dalam penyelenggaraan pertemuan awal komite konstitusional.

“Kami menyeru semua pihak, tapi terutama Damaskus, agar secara konstruktif terlibat dengan utusan khusus (PBB) dengan tujuan, sesegera mungkin dan tanpa penundaan, mengadakan pertemuan komite konstitusional yang melibatkan banyak pihak dan dapat dipercaya,” demikian antara lain isi pernyataan anggota Uni Eropa di Dewan Keamanan.

Pernyataan itu disahkan oleh Inggris, Prancis, Belanda, Swedia, Polandia –anggota Uni Eropa di Dewan Keamanan saat ini– dan Belgia, Jerman serta Italia.

Belgia dan Jerman akan menjadi anggota Dewan tahun depan. Italia berbagi masa keanggotaan dua-tahun dengan Belanda.

Negara Uni Eropa menyeru Rusia, Iran dan Turki –yang disebut Penjamin Astana– untuk menjamin bahwa gencatan senjata di Provinsi Idlib berjalan.

Mereka menyerukan gencatan senjata menyeluruh di negeri itu dan akses kemanusiaan yang aman, tanpa hambatan dan berkelanjutan di seluruh Suriah.

Negara Uni Eropa menyampaikan dukungan penuh mereka buat upaya Utusan Khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura untuk segera membentuk komite konstitusional yang sah dan layak.

De Mistura, yang pada Rabu pagi memberi penjelasan kepada Dewan Keamanan mengenai situasi di Suriah, mengatakan ia akan meletakkan jabatan pada November.

Akibatnya ialah Oktober menjadi bulan penting buat dia untuk menjelaskan apakah komite konstitusional memiliki peluang bagi gagasan yang layak dan berkelanjutan.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Teuku Wildan