Ketua Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti (kiri), Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang (tengah), dan Peneliti Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Indonesia (PSIK-Indonesia) Arif Susanto menjadi pembicara diskusi di Jakarta, Selasa (3/1). Diskusi itu mengangkat tema Hati-Hati: Politik Dinasti Rawan Korupsi. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/kye/17

Jakarta, Aktual.com – Pengamat politik Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti menilai saat ini partai oposisi tidak bekerja semestinya. Alhasil demokrasi di Indonesia pun semakin menurun drastis bahkan cenderung tidak baik.

“Partai oposisi ini juga harus kita kritik, tidak berlaku semestinya. Yang efektif memberikan pendidikan politik itu oposisi,” katanya dalam diskusi di Jakarta, Jumat (9/3).

Akibatnya, menurut Ray, demokrasi di Indonesia juga tidak tumbuh membaik. Ia mengatakan, partai oposisi tidak melaksanakan tugasnya untuk mengagregasi kepentingan masyarakat, yang kemudian disalurkan dalam parlemen.

Namun demikian, justru sejumlah politisi oposisi lebih banyak bergenit-genit melalui sosial media. Ia mencontohkan, ketika UU MD3 yang salah satu pasalnya memasukan ayat untuk memberikan perlindungan kepada kehormatan anggota dewan, tidak ada penolakan dari oposisi.

Sementara, di sisi lain menolak penggunaan pasal penghinaan terhadap presiden dalam RUU KUHP. “Bedanya UU dipakai siapa, kalau UU digunakan untuk melindungi oposisi, dia juga mau. Ini dimana nalar publiknya,” kata Ray.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Andy Abdul Hamid