Wacana pemerintah yang akan melakukan impor Liquefied natural gas (LNG) dari perusahaan Keppel Offshore & Marine asal Singapura. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Pengamat Ekonomi Energi UGM yang juga sebagai mantan Anggota Tim Anti-Mafia Migas
Fahmy Radhi mengatakan sesungguhnya bagi PLN sebagai entitas bisnis, tidak ada persoalan untuk mengimpor Liquid Natural Gas (LNG) dari Singapura.

Dengan harga impor gas yang lebih murah, PLN dapat menekan biaya produksinya sehingga bisa menurunkan Tarif Dasar Listrik (TDL), yang lebih terjangkau bagi seluruh rakyat Indonesia.

Tetapi masalahnya, jika impor gas yang dilakukan oleh PLN diikuti oleh semua indutri Indonesia, yang menggunakan gas dalam menghasilkan produk, impor gas rame-rame itu berpotensi mematikan industri gas di Indonesia. Ujung-ujungnya, Indonesia akan sangat tergantung dari impor dalam memenuhi kebutuhan gas di dalam negeri.

“Selain itu, impor gas dalam jumlah besar akan mengundang Mafia Migas untuk berburu rente di balik impor gas, seperti yang terjadi sebelumnya pada impor BBM,” ujarnya secara tertulis, Jumat (15/9).

Dia sendiri mendorong agar memaksimalkan konsumsi gas domestik, karena produksi Indonesia sendiri tidak mampu diserap dengan baik oleh Industri nasional.

Jika dilihat Produksi gas bumi Indonesia pada 2016 tercatat mencapai 6.775 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Sebanyak 59 persen atau 3.997 MMSCFD digunakan di dalam negeri. Sedangkan sisanya sebesar 41 persennya atau 2.778 MMSCFD diekspor dalam bentuk LNG 29,36 persen dan pipa 11,55 persen.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Dadangsah Dapunta
Editor: Andy Abdul Hamid