Jakarta, Aktual.com – Pengamat bidang politik dan pemerintahan dari Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumbar, Dr Asrinaldi menilai belum ada inovasi dalam tahapan kampanye pilkada dan cenderung biasa-biasa saja.

“Sama seperti sebelumnya, kampanye calon kepala daerah jauh dari kata dialogis sehingga kurang mendapat antusiasme publik,” ujarnya menanggapi pelaksanaan kampanye pilkada serentak tahap ketiga di Padang, Minggu (22/4).

Khususnya untuk masyarakat kelas bawah yang belum mendapat dampak dari kampanye tersebut, sebab hanya tim sukses atau pemenangan yang sibuk mengumpulkan dalam suatu kegiatan.

Meski ada saatnya mendatangkan pasangan calon, namun bagi masyarakat hal tersebut sesuatu yang biasa dan belum tentu pesan motivasi yang menggerakkan untuk memilih.

Kemudian yang menjadikan kampanye itu biasa dan tidak inovatif yakni masih getolnya tim sukses memasang baliho atau spanduk guna memenangkan simpati masyarakat.

Namun bila hanya untuk berharap meraih simpati dan tidak ada pesan politik, dampaknya rendah partisipasi dalam pemilihan.

Sedihnya, tambah dia dengan memanfaatkan media sosial dan terus berulang tim pemenangan tetap menggunakan kampanye hitam.

Antara satu kandidat dengan kandidat lain saling menjatuhkan dan memprovokasi satu sama lain dengan memanfaatkan reaksi publik.

Sejatinya kampanye semacam itu bukanlah hal yang baru, dan pada akhirnya tetap saja partisipasi masih rendah.

“Seharusnya kampanye dijadikan kesempatan untuk mendekatkan diri kepada publik sekaligus mengenalkan pendidikan politik dan pemerintahan,” kata dia.

Dalam kampanye, publik akan tahu bagaimana sosok calon kepala daerah yang akan mereka pilih.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nebby