Manokwari, Aktual.com – Eksploitasi penambangan emas berskala besar oleh sebuah perusahaan besar yang akan berlangsung di wilayah Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, dinilai menjadi ancaman baru bagi pelestarian dan pengembangan Taman Nasional Teluk Cenderawasih.

“Dampak buruk yang sangat mungkin terjadi adalah mutasi genetik masyarakat Teluk Wondama, bahkan daerah lain yang mendapat pasokan ikan dari sana,” kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih (BBTNTC) Ben G Saroy, di Manokwari, Senin (12/2).

Ben berharap, jika perusahaan serius ingin melaksanakan penambangan di kawasan tersebut, wajib memperhatikan aspek keberlanjutan ekologi serta budaya masyarakat. Ia tak ingin perusaahan membuang limbah ke laut.

“Dalam penambangan emas, tentu akan menggunakan bahan kimia merkuri. Kalau limbahnya dibuang ke laut sudah pasti akan masuk ke rantai makanan,” katanya lagi.

Saat merkuri masuk ke laut, ujarnya pula, plankton adalah biota laut yang pertama menyambut bahan berbahaya tersebut. Selanjutnya, ikan besar hingga ikan kecil akan memakan plankton.

“Berikutnya manusia akan memakan ikan. Ini bisa berdampak buruk bagi tubuh manusia,” katanya pula.

Menurutnya, Indonesia terutama Teluk Wondama harus belajar dengan kasus pencemaran bahan kimia berbahaya di Kota Minamata, Jepang. Pencemaran merkuri merusak regenerasi perkembangan manusia di kota tersebut.

“Dampak pencemaran merkuri akan nampak pada 10 hingga 20 tahun ke depan. Bayi lahir dalam kondisi kebutaan, cacat permanen dan penyakit lainya,” ujarnya.

Sebuah perusahaan pertambangan dari Jakarta yakni PT Abisha Bumi Persada berencana melakukan ekploitasi emas di lahan seluas 23 ribu hektare lebih yang membentang di tiga distrik Teluk Wondama. Tiga distrik tersebut yakni Naikere, Kuriwamesa, dan Rasie.

Belum lama ini, perusahaan tersebut telah melakukan sosialisasi analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal) yang dihadiri Bupati dan Kapolres Teluk Wondama.

Ben berpandangan, aspek dampak lingkungan harus menjadi perhatian khusus sebelum eksploitasi dimulai.

“Limbah tidak boleh dibuang ke laut, harus menggunakan sistem septic tank,” katanya lagi.

Ia juga berharap, pemerintah daerah baik kabupaten maupun provinsi memiliki tim amdal yang bagus, sehingga ia mendorong kepentingan daerah dan masyarakat pada amdal.

Kawasan TNTC memiliki potensi besar pariwisata dan perikanan. Kehadiran perusahaan tambang tersebut bertolak belakang dengan semangat pengembangan pariwisata di daerah ini.

“Wisatawan tentu takut datang kalau isu pencemaran merkuri terjadi di daerah ini. Untuk itu, ini harus dipertimbangkan secara baik,” katanya pula.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: