Yuddy Chrisnandi

Jakarta, Aktual.com-Ijinkanlah saya menyampaikan sedikit pandangan yang sederhana, sebagai sumbangsih pemikiran untuk bahan renungan pada Munas Kahmi Ke 10 di Medan, juga kerinduan saya yang tidak bisa hadir secara fisik karena tempat tugas yang jauh dan memerlukan Ijin untuk bisa Ke tanah air. Semoga pandangan berikut ada manfaatnya sebagai bekal diskusi Para sahabat di Munas Kahmi untuk memposisikan peran Strategis HMI dan seluruh Alumni bagi Pembangunan Peradaban Indonesia ;

Penguatan kader menjadi salah satu prioritas strategis dalam mencapai visi dan misi KAHMI, yaitu terbinanya insan akademis, tentunya merefleksikan insan KAHMI harus pintar, inovatif, professional dan berpendidikan tinggi.

Merujuk pada Global Human Capital Report 2017 mengusulkan tolok ukur baru bagi para pemimpin untuk membangun kualitas SDM di masa depan.

Pendekatan yang didukungnya, berdasarkan prinsip bahwa semua orang berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengembangkan talenta mereka, memberi para pemimpin sarana dan alat untuk menavigasi perubahan di tingkat global (Klaus Schwab 2017).

Insan akademis, pencipta, pengabdi, bernapaskan Islam, dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT sebagai refleksi insan KAHMI harus mampu meningkatkan kapasitas dan kompetensinya tidak hanya pada tataran lokal, nasional, internasional tetapi di tingkat global.

Berdasarkan Global Human Capital Report 2017, Ranking Human Capital Index Indonesia ke-65 dari 130 negara, dengan skor overall index (62.19).

Global Human Capital Index mencakup 21 indikator unik, yang diterjemahkan ke dalam 44 titik data yang berbeda yang dipilah menurut kelompok usia yang sesuai dalam subindexes Kapasitas dan Penerapan.

Ranking dan Skor untuk Indonesia untuk:
Pertama, Capacity subindex (ranking 64, skor 69.72),
Kedua, Deployment sub-index (ranking 82, skor 61.58)
Ketiga, Development sub-index (ranking 53, sksor 67.24),
Keempat, Know-how sub-index (ranking 80, skor 50.21).

Posisi Indonesia berada langsung di bawah Vietnam (ranking 64). Indonesia jauh tertinggal dari Malaysia ranking 33, Thailand ranking 40, Philiphina ranking 50, Brunei ranking 58.

Top ten ranking dikuasai oleh Negara dari Eropa Barat yaitu Norwegia, Finlandia, Switzerland, AS, Denmark, Jerman, New Zealand, Swedia, Slovenia dan Austria.

Malaysia (Ranking 33) tampil di depan anggota negara ASEAN lainnya selain Singapura, dengan nilai yang kuat di seluruh Kapasitas, Pengembangan dan Pengetahuan, namun ditahan oleh kinerja subindex Deployment, karena kesenjangan jenis pekerjaan yang cukup besar. Vietnam (64) dan Indonesia (65) telah membuat kemajuan yang luar biasa dalam pencapaian pendidikan di kalangan generasi muda mereka dan memiliki pandangan yang solid untuk membangun potensi sumber daya manusia masa depan mereka di seluruh Pembangunan. Namun dengan posisi Ranking 65 untuk Indonesia, diposisikan sbg negara yg kurang lebih masih tertinggal jauh.

Selain itu, berdasarkan Global Competitiveness Report 2016-2017 yang menilai lanskap daya saing 138 negara, memberikan wawasan tentang pendorong produktivitas dan kemakmuran suatu negara.

Ranking daya saing global yang dirilis World Economic Forum terbaru dari daftar 2017-2018 menyajikan gambaran yang beragam untuk Asia, dan Asia Tenggara juga.

Indeks Daya Saing Global 2017-2018 mencakup 137 negara, meningkat peringkat infrastruktur, lingkungan makro ekonomi, serta kesehatan dan pendidikan dasar, antara lain.

Untuk tahun 2017, ada 137 ekonomi yang masuk dalam Indeks Daya Saing Global dari Forum Ekonomi Dunia, dibandingkan dengan 138 negara pada tahun 2016 dan 2015, 144 pada tahun 2014, 148 pada tahun 2013, dan 144 pada tahun 2012.

Ranking Indonesia pd Global Competiveness Index berada pada posisi 36 (tahun sebelumnya ranking 41).  Singapura ranking di dunia nomor 3 (asalnya ranking 2), Thailand ranking 32 (asalnya 34).

Selain dua perangkingan tersebut, insan KAHMI dan HMI perlu melihat Ranking Indonesia berdasarkan Global Innovation Index 2017 (GII).

GII 2017 menyajikan sebuah pendekatan baru untuk mengidentifikasi dan memberi peringkat pada kelompok aktivitas inventif terbesar di dunia dan pengajuan paten internasional.

Namun, GII 2017 didedikasikan untuk tema inovasi dalam sistem pertanian dan makanan. Sektor pertanian dan pengolahan makanan terus menghadapi kenaikan permintaan global dan meningkatnya persaingan untuk sumber daya alam yang terbatas. GII 2017 berusaha untuk mengambil langkah pertama dalam memperbaiki kesenjangan pengukuran ini.

Berdasarkan Global Innovation Index 2017, Ranking Idonesia berada pada peringkat 87 dibawah langsung Bosnia dan Herzegovina. Jauh tertinggal dari Malaysia berada pada ranking 37, Vietnam ranking 47, Thailand ranking 51, Brunei ranking 71, Philiphina ranking 73. Bahkan Indonesia jauh tertinggal dari Negara Afrika, seperti Kenya ranking 80.

Untuk itu insan KAHMI dan HMI harus mampu meningkatkan kapasitas dan kompetensinya serta innovativenessnya tidak hanya pada tataran lokal, nasional, internasional tetapi di tingkat global.

Memiliki langkah strategis sebagai insan pencipta dan pengabdi, bernapaskan Islam yang memiliki daya inovasi dan kompetensi global berbasis kearifan lokal. Sehingga dapat menjadi sosok yang bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.

Selamat Melaksanakan Munas Kahmi Ke 10. Teriring Salam dan Doa utk kesuksesan nya. Terus jaga persatuan, keberaamaan Dalam tali silaturahmi yang kokoh. Jayalah HMI.

 

Penulis : Prof. Yuddy Chrisnandi
Alumni HMI Cabang Bandung.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Bawaan Situs