Jakarta, Aktual.co — Kepala penyelidikan PBB dalam perang Israel-Palestina Juli-Agustus tahun lalu mengundurkan diri pada Senin (2/2) setelah tuduhan bias Israel terkait pekerjaan konsultasi yang ia lakukan untuk Organisasi Pembebasan Palestina, PLO. Agustus lalu, akademisi Kanada William Schabas ditunjuk oleh kepala Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk memimpin satu kelompok yang terdiri dari tiga orang untuk menyelidiki tuduhan kejahatan perang selama serangan militer Israel di Gaza.

Dalam sebuah surat kepada komisi PBB, dikutip dari Reuters, Schabas mengatakan ia akan mundur segera untuk mencegah masalah ini membayangi persiapan temuan dan laporan, yang dijadwalkan akan rilis pada Maret mendatang. Pengunduran Schabas menyoroti sensitivitas penyelidikan PBB hanya beberapa minggu setelah jaksa di Pengadilan Pidana Internasional di Den Haag mengatakan mereka telah memulai penyelidikan awal terhadap dugaan kekejaman di wilayah Palestina.

Dalam surat itu, Schabas mengatakan ia menulis saran hukum untuk PLO pada 2012, dan dibayar US$1.300 (setara Rp16 juta). Menurut Schabas, opini itu  tak berbeda dengan saran yang dia diberikan kepada banyak pemerintah dan organisasi lainnya. “Pandangan saya terhadap Israel dan Palestina serta pada banyak isu-isu lain yang terkenal dan sangat umum,” tulisnya. “Pekerjaan dalam membela hak asasi manusia ini tampaknya telah membuat saya menjadi target besar untuk serangan berbahaya.”

Israel telah lama mengkritik pengangkatan Schabas, mengutip rekornya sebagai kritikus Yahudi dan kepemimpinan politik Israel saat ini.  Schabas mengatakan pekerjaannya terkait PLO telah mendorong eksekutif Dewan Hak Asasi Manusia pada Senin (2/2) untuk mencari nasihat hukum tentang posisinya dari markas PBB.

“Saya percaya bahwa sulit untuk bekerja terus sementara prosedur untuk mempertimbangkan apakah ketua komisi harus ganti sedang dilakukan,” tulisnya. Komisi telah selesai mengumpulkan sebagian besar bukti dan telah mulai menulis laporan tersebut, tambahnya. Komisi menyelidiki tak hanya apa yang dilakukan oleh Israel, namun juga Hamas. Penunjukan Schabas, yang tinggal di Inggris dan mengajar hukum internasional di Universitas Middlesex, disambut pada saat itu oleh Hamas tetapi dikecam keras oleh kelompok-kelompok Yahudi di Amerika Serikat.