Menteri BUMN Rini Soemarno (kiri) menjawab sejumlah pertanyaan wartawan usai memberikan keterangan pers terkait Laporan 1 Tahun Kementerian BUMN di Jakarta, Senin (26/10). Realisasi proyek BUMN hingga semester I Tahun 2015 tercatat 30 dari 86 proyek strategis BUMN dengan serapan tenaga kerja mencapai 65.928 orang yang melibatkan 25 BUMN. ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/ama/15.

Jakarta, Aktual.com — Selama menjabat sebagai Menteri BUMN Rini Soemarno acap kali meminta tambahan yang diperuntukan bagi perusahaan plat merah. Meski permintaannya dikabulkan, namun Rini selalu merasa kurang.

Demikian disampaikan Anggota Komisi XI DPR fraksi PDIP, Hendrawan Supratikno dalam acara diskusi ‘Catatan APBN 2016’, di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (31/10).

“Rini Soemarno setiap tahun minta anggaran tambahan, datang ke DPR minta anggaran setelah dikasih ternyata masih kurang. Kalau setiap tahun meminta anggaran ya maaf saja,” kata Hendrawan dalam diskusi bertajuk ‘catatan APBN 2016’ di Jakarta, Sabtu (31/10).

Tidak hanya itu, Hendrawan juga menilai program-program yang dibuat Rini di Kementerian BUMN tidak bermanfaat. Ia berpandangan, jika program Rini hanya membuat pengeluaran anggaran pemerintah boros.

Ketua DPP PDIP itu mencontohkan, program Rini hanya menghabiskan anggaran negara. Salah satunya, pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung yang dianggap dia tidak ada urgensi untuk membuat kereta cepat.

Bukan tanpa alasan hal tersebut disampaikan Hendrawan. Pasalnya, dari program yang diusulkan pucuk pimpinan Kementerian BUMN itu, justru berhutang ke luar negeri.

“Rini hanya mengurusi peminjaman hutang ke luar negeri dan ingin membuat kereta cepat. Ini sudah engga benar,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Novrizal Sikumbang
Editor: Nebby