Dua pekerja mengankut semen saat akan didistribusikan ke wilayah Indonesia Timur di Pelabuhan Potere, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (4/1). PT Semen Indonesia (Persero) Tbk menargetkan penjualan semen tahun ini bisa tumbuh hingga 4% dari total penjualan tahun 2016, yang ditargetkan hingga akhir tahun mencapai 26,36 juta ton, perseroan diharapkan mampu menjual 27,4 juta ton semen tahun 2017. ANTARA FOTO/Akbar Tado/YU/pd/17

Jakarta, Aktual.com – Kondisi pasokan semen yang tak terserap atau over supply, ternyata bukan cerita mengada-ada. Di tengah masifnya pembangunan infrastruktur sangat disayangkan semen nasional tak terserap.

Kondisi ini perlu dipastikan sebetulnya semen mana yang digunakan oleh proyek-proyek pemerintah ini. Karena faktanya tak terserapnya semen ini banyak dikeluhkan oleh pelaku bisnis di sektor semen ini.

Seperti diakui oleh produsen semen yang memegang pangsa pasar semen terbesar di Indonesia, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR).

Menurut Direktur Pemasaran dan Supply Chain SMGR, Ahyanizzaman dengan adanya proyek-proyek infrastruktur yang digenjot pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) ini, ternyata pertumbuhan penjualan semen perseroan meningkat signifikan.

“Justru yang ada, pertumbuhan kita masih di bawah pertumbuhan industri. Padahal banyak proyek infrastruktur. Ini yang aneh. Pertumbuhan industri sampai 5 persen di semester I-2017, tapi kami masih bertumbuh 4 persen,” keluh dia di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, ditulis Minggu (17/9).

Namun demikian, pihaknya tetap menargetkan hingga akhir tahun bisa bertumbuh antara 6-7 persen.

“Kami masih tertinggal 1 persen. Dan tertinggalnya kami memang banyak hal yang menyebabkannya. Salah satunya soal produksi dan lainnya,” ungkap Ahyanizzaman.

Namun dia enggan menyebut tak kencangnya pertumbuhan konsumsi semen itu karena proyek infrastruktur yang tak menggunakan semen dalam negeri. Meski begitu dia mengakui sejak proyek infrastruktur ramai dibangun, justru konsumsinya menurun.

Walaupun pertumbuhannya masih tinggi, dia mengakui, saat ini justru porsi konsumen semen sudah bergeser. Kondisi ini memang cukup aneh.

“Kalau dulu porsinya 70:30 antara konsumsi ritel dan proyek infrastruktur. Tapi saat ini ritelnya makin tinggi dan untuk proyek infrastruktur menurun. Sekarang sudah 75:25 persen. Jadi lebih banyak yang beli curahnya. Meskipun infrastruktur banyak,” dia menjelaskan.

Sebelumnya, pelaku industri lain yakni PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) juga mengeluhkan lesunya konsumsi nasional ini. Sampai-sampai saat ini masih ada over supply mencapai 40 juta ton.

Menurut Direktur Utama INTP, Christian Kartawijaya, dengan adanya kelebihan pasokan maka harga semen pun anjlok hingga 12 persen. Sementara pertumbuhan konsumsi semen domestik diperkirakan akan mengalami peningkatan sebesar 4-5 persen dibanding tahun lalu.

“Secara nasional, harga jual semen turun 10-12 persen secara year on year,” dia menegaskan.

Dia berharap konsumsi semen domestik itu bisa terus meningkat seiring banyaknya proyek infrastruktur yang dibangun. Karena pasti akan ada multiplier effect-nya ke banyak sektor, termasuk sektor semen.

 

Laporan Busthomi

Artikel ini ditulis oleh: