Panglima TNI Jenderal TNI gatot Nurmantyo memimpin apel Operasi Penegakan Ketertiban (Opsgaktib) dan Yustisi POM TNI di Taxy Way Skuadron 17 Pangkalan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (26/1/2017). Upacara yang diikuti sekitar 1.260 personel gabungan dan tujuannya adalah untuk menekan dan mencegah terjadinya pelanggaran serta perbuatan melawan hukum, seperti penyalahgunaan narkoba, kriminalitas, pelanggaran lalulintas, sehingga dapat mewujudkan prajurit TNI yang profesional dan dicintai rakyat.

Jakarta, Aktual.com – Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmatyo menegaskan, Gatot Nurmatyoadalah harga mati di Indonesia. Ia menyatakan, sebagai ideologi negara, Pancasila sudah final dan bersifat mengikat.

Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini pun mengingatkan semua pihak agar tidak mengutak-atik ideologi negara Indonesia.

“Jangan percaya (yang mengubah pancasila), itu adalah pengkhianat. Mereka tidak ikut memerdekakan (Indonesia),” kata Gatot dalam Simposium Nasional bertajuk “Bangkit Bergerak, Pemuda Indonesia Majukan Bangsa,” di Jakarta, Senin (14/8).

Jenderal bintang empat ini mengakui jika Indonesia sangat rentan terhadap disintegrasi atau perpecahan, karena kemajemukan suku, agama maupun etnis yang terdapat di tanah air.

Ia pun membandingkan Indonesia dengan kondisi Yugoslavia yang telah punah dan terpecah menjadi beberapa negara karena perang saudara lantaran perbedaan etnis. Secara tersirat, ia menyatakan jika kondisi demikian tidak akan dialami oleh negara balkan tersebut jika saja memakai ideologi Pancasila.

“Kita simak Indonesia, terdiri atas beragam suku, agama, ekonomi dan banyak lagi, tidak pecah, utuh. Orang bilang kita pecah, saya bilang, enggak. Karena apa? Karena pancasila,” tegasnya.

Jenderal bintang empat ini pun mengingatkan masyarakat agar menghargai perbedaan dan kemajemukan yang ada di Indonesia. Meskipun mayoritas penduduknya beragama Islam, Gatot menyatakan jika sejarah telah membuktikan jika para tokoh maupun politikus muslim pada awal era kemerdekaan telah menunjukkan toleransi dan penghargaan terhadap kemajemukan Indonesia dengan menyepakati Pancasila sebagai ideologi bangsa.

“Bila tidak ada Islam, Kristen, Khatolik, Budha, Konghucu, bukan Indonesia. Itulah Indonesia kita,” pungkas pria asal Tegal jni.

(Reporter: Teuku Wildan A)

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Teuku Wildan
Editor: Eka