Semarang, Aktual.com – Ketua Komite VI Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) Ery Punta membeberkan data dari Security Threat Report oleh SophosLabs pada 2013, yang menyebut bahwa Indonesia merupakan negara yang paling rentan terhadap serangan virus malware PC.

Maka dari itu, Bank Indonesia (BI) diminta untuk meningkatkan keamanan data transaksi financial technology (FinTech).

Tren FinTech di Indonesia bisa dikatakan besar dan melalui transaksi e-commerce, trennya terus meningkat. Bahkan, riset Boston Consulting Group (BCG) pada 2014 menyatakan transaksi e-commerce di Indonesia sebesar USD9 miliar atau setara Rp117,9 triliun.

“Di 2015 transaksi e-commerce meningkat pesat. Dari USD9 miliar (2014) jadi USD10 miliar (Rp131 triliun),” ucap Ery, di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (24/9).

“Seringkali kita tak sadar jadi korban kalau kita tidak tahu kena malware atau virus sehingga komputer dikendalikan orang lain. Ini harus dihindari, baik dari pemerintahnya atau dari BI,” tambahnya.

Indonesia, diukur dari presentase PC yang terserang malware, menempati posisi pertama dengan presentase Threat Exposure rate (TER) 23,54 persen. Sementara China berada di posisi kedua negara rentan terserang virus (21,26 persen).

Norwegia menjadi negara yang paling aman terhadap serangan malware (TER 1,81 persen), disusul Swedia (TER 2,59 persen) dan Jepang (TER 2,63 persen).

Artikel ini ditulis oleh: