Buruh angkut menurunkan beras impor Vietnam dari sebuah kapal di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/11). Ribuan ton beras impor dari Vietnam telah masuk ke tanah air, beras impor tersebut digunakan untuk menjaga cadangan pangan seiring menipisnya stok beras saat ini. Pelaksanaan impor beras dilakukan untuk memenuhi persediaan stok beras di beberapa daerah. Akibat El Nino, panen pun mundur karena kekeringan. AKTUAL/TINO OKTAVIANO

Jakarta, Aktual.com – Perum Bulog Divisi Regional Jawa Tengah hingga 10 Januari 2018 telah menggelontorkan 15.483,33 ton beras untuk operasi pasar yang dilakukan di sejumlah kabupaten/kota di Jateng.

“Jumlah tersebut, tentunya masih bisa bertambah karena beberapa Subdivre Bulog masih ada yang melakukan operasi pasar beras,” kata Bagian Pengadaan Bulog Divisi Regional Jawa Tengah Rahayu Giyanto di Grobogan, Kamis (11/1).

Ia mengatakan, OP beras yang jumlahnya mencapai belasan ribu ton tersebut, merupakan kumulatif dengan OP yang dilaksanakan pada bulan Desember 2017.

Untuk OP yang berlangsung Rabu (10/1), lanjut dia, tercatat mencapai 2.646,58 ton.

Berdasarkan data yang ada, kata dia, OP beras telah berlangsung di 219 titik.

Di antaranya, tersebar di Subdivre Perum Bulog Semarang, Pati, Surakarta, Banyumas, Kedu dan Pekalongan.

Kegiatan operasi pasar tersebut, bertujuan untuk menekan tingginya harga beras di pasaran.

Sementara itu, Perum Bulog Subdivre II Pati hari ini (11/1) juga menggelar operasi pasar komoditas beras di Pasar Bitingan Kudus.

Hanya saja, kualitas beras yang dijual kepada sejumlah pedagang dinilai kualitasnya tergolong rendah dan masih kalah dengan kualitas beras medium yang dijual di pasaran.

Sunarti, salah seorang pedagang di Pasar Bitingan mengaku, harga beras yang diterima dari Bulog memang cukup murah, karena hanya Rp8.000/kg.

“Saya diperbolehkan menjual kepada konsumen secara eceran asal tidak melampaui harga jual eceran (HET) beras medium yang ditetapkan sebesar Rp9.450 per kilogram,” ujarnya.

Beras skala medium yang ada saat ini, katanya, dijual dengan harga sebesar Rp10.500/kg.

Hanya saja, lanjut dia, peminat beras dari Bulog baru ada satu orang, karena berasnya agak berbau, sehingga berbeda dengan beras medium pada umumnya.

Pedagang beras lainnya, Abdul Kholiq mengharapkan, Bulog memperbaiki kualitas berasnya jika ingin diterima masyarakat luas.

Kualitas beras dari Bulog, kata dia, kurang diminati konsumen yang hendak dijadikan bahan baku makanan olahan, karena berbau.

Sementara itu, Kepala Perum Bulog Subdivre II Pati Muhammad Taufiq mengatakan, untuk menekan harga beras yang cukup tinggi di pasaran, digelontor 1,5 ton beras medium di Pasar Bitingan.

Ia menganggap, kualitas beras untuk OP tersebut sesuai standar untuk beras medium.

“Buktinya langsung habis, karena sejumlah pedagang langsung mengambilnya,” ujarnya.

Ia mempersilakan, dijual ke konsumen dengan harga sesuai keinginan pedagang, asalkan tidak melebihi HET.

Rencananya, lanjut dia, OP akan dilanjutkan kembali dengan menyediakan stok beras dalam jumlah yang sama.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Eka