Jakarta, Aktual.com – Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Maluku Bambang Hermanto mengungkapkan secara umum penyaluran kredit perbankan di daerah ini untuk posisi Juni 2017 tercatat meningkat 9,84 persen (yoy) atau senilai Rp931,94 miliar.

“Namun sedikit melambat dibandingkan dengan posisi Mei 2017 yang tercatat sebesar 10,15 persen (yoy),” kata Bambang, di Ambon, Sabtu (26/8).

Ia menjelaskan, sedikit perlambatan terutama terjadi pada tiga sektor ekonomi yakni sektor Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan yang pada posisi Mei 2017 tumbuh sebesar 32,00 persen (yoy) menjadi sebesar 24,03 persen (yoy) atau senilai Rp22,19 miliar pada posisi Juni 2017.

Selanjutnya diikuti sektor perdagangan besar dan eceran dari sebesar 5,28 persen (yoy) menjadi 3,47 persen (yoy) atau senilai Rp72,64 miliar dan sektor jasa.

Sektor pendidikan dari sebesar 88,75 persen (yoy) menjadi sebesar 33,01 persen (yoy) atau senilai Rp414 juta.

Untuk penyaluran kredit sektor produktif berkembang positif, secara agregat (kredit modal kerja dan investasi) tumbuh sebesar 0,33 persen (yoy) atau senilai Rp10,42 miliar menjadi Rp3.199,55 miliar, sedikit menurun dibandingkan posisi Mei 2017 sebesar 1,80 persen (yoy) atau senilai Rp55,37 miliar.

“Untuk terus mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat, tren peningkatan ini diharapkan terus berlangsung di semester II tahun 2017 dan dapat mencapai target pertumbuhan kredit 12 persren diakhir tahun 2017,” ujar Bambang.

Karena itu dukungan pembiayaan oleh perbankan kepada sektor produktif merupakan motor penggerak utama dalam pembangunan ekonomi masyarakat, karena dari sektor ini efek berantai kesejahteraan dimulai.

“OJK selaku regulator akan selalu bersinergi dengan industri jasa keuangan dalam upaya pengembangan ekonomi di Provinsi Maluku,” katanya.

Sementara itu, lanjutnya sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) juga terus menunjukkan perkembangan positif, terlihat dari meningkatnya penyaluran kredit kepada sektor usaha ini yang meningkat sebesar 8,58 persen (yoy) atau sebesar Rp229,61 miliar dari Rp2,66 triliun menjadi Rp2,91 triliun, tumbuh lebih besar dibanding posisi Mei 2017 yang tercatat sebesar 6,46 persen (yoy).

“Penyaluran kredit UMKM masih didominasi kepada sektor usaha kecil yang mencapai Rp1,20 triliun atau sebesar 41,20 persen dari total kredit UMKM,” ungkap Bambang.

Menurut dia berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, kriteria usaha mikro hanya sampai dengan 50 juta, usaha kecil 50 juta sampai dengan 500 juta, usaha menengah 500 juta sampai dengan 10 miliar.

Risiko kredit posisi Juni 2017, katanya menurun terlihat dari Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah yang tercatat sebesar 1,45 persen, membaik dibandingkan posisi Mei 2017 sebesar 1,56 persen.

“Kondisi ini juga diikuti dengan membaiknya kualitas kredit UMKM yang pada bulan Juni 2017 tercatat NPL sebesar 3,49 persen, membaik dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 3,79 persen.

Sementara itu, pembiayaan Bank Syariah (BS) posisi Juni 2017 terus menunjukkan perkembangan positif, tumbuh sebesar 32,36 persen (yoy) atau senilai Rp31,245 miliar menjadi Rp127.815 miliar dengan rasio Non Performing Financing (NPF) atau bermasalah/kurang lancar sebesar 1,33 persen.

“Pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan posisi Mei 2017 yang tercatat sebesar 24,76 persen (yoy). Sama halnya dengan kinerja di perbankan konvensional, kontribusi pembiayaan konsumtif masih mendominasi 85,01 persen terhadap seluruh total pembiayaan,” ungkap Bambang.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Eka