Semarang, Aktual.com — Melambatnya pertumbuhan ekonomi China sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia pada kuartal terakhir 2013, setelah Jepang, Eropa dan Amerika Serikat akan berdampak pada melemahmnya industri keuangan di Indonesia.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sepakat upaya Tiongkok menurunkan pertumbuhan ekonomi dibawah 7,7 persen untuk ‘bernafas’ sementara waktu. Skema itu dilakukan mengingat menipisnya jumlah persediaan sumber daya alam dalam upaya menguasai pasar ekonomi dunia.

“Betul, Tiongkok saat ini sengaja menurunkan pertumbuhan ekonominya. Posisi demikian, saya sepakat jika akan mempengaruhi ekonomi Indonesia, terlebih dampak kepada industri jasa keuangan,” terang Kepala OJK Jateng-DIY, Santoso Wibowo di Hotel Gumaya Tower saat gathering media, ditulis Jum’at (3/7).

Ia mengatakan beberapa faktor melemahnya ekonomi Tiongkok bisa dikarenakan kesengajaan. Hal itu mengingat produk domestik bruto tidak berimbang (balance) dengan jumlah penduduk berkisar 1,3 miliar.

Menurut dia, China menguasai bahan baku memadahi dan teknologi dibandingkan negara maju lainnya. Secara fundamental Tiongkok menguasai pasar perekonomian dunia, ketika pola skema itu dilakukan sebagai antisipasi mengatasai produk domestik bruto (PDB) penduduk terbesar di dunia.

Dengan begitu, kata dia, pertumbuhan ekonomi negara maju seperti di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang akan tumbuh lebih tinggi. Dampaknya, kredit yang diberikan kepada debitur (non performing loan) pada industri keuangan di Indonesia akan turut lesu pula.

“China itu bisa membuat sepeda motor sendiri dengan sumber bahan daya alam ada. Ini dilakukan Tiongkok dalam menguasai pasar ekonomi dunia,” terang dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka