Yogyakarta, Aktual.com – Umat Muslim diharapkan merefleksikan dan mengaktualisasikan nilai Al Quran dalam kehidupan, untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat, kata Wakil Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia Sri Haningsih.

“Al Quran sebagai pedoman hidup mampu menjawab berbagai tantangan kehidupan yang semakin kompleks di dunia modern ini. Kuncinya terletak pada penerapan metode pemahaman dan penafsiran Al Quran yang sesuai dengan tuntunan Islam,” katanya di Yogyakarta, Rabu (1/7).

Menurut dia, untuk memahami hal itu, umat Muslim dituntut untuk terus belajar, selain memahami Al Quran secara komprehensif.

Pemahaman dan penafsiran Al Quran yang baik, kata dia, selalu merujuk pada hadist, ijma, dan qiyas, selain pengembangan tafsir kontemporer yang kini mulai dikaji. Tanpa prasyarat tersebut, akan muncul pemahaman Al Quran yang sifatnya parsial.

“Pemahaman secara parsial tidak sesuai dengan tuntunan Islam, karena ayat Al Quran cenderung dipilih-pilih yang mana yang sesuai dengan kebutuhan atau kepentingan golongannya. Ini yang perlu kita hindari,” katanya.

Ia mengatakan Ramadhan bukan hanya bulan penuh berkah, di mana umat Muslim menunaikan salah satu rukun Islam yakni ibadah puasa, tetapi juga diyakini sebagai bulan turunnya ayat Al Quran yang pertama kepada Rasulullah SAW di Gua Hiro.

“Pada momentum tersebut umat Muslim memperingatinya sebagai malam Nuzulul Quran. Tradisi peringatan Nuzulul Quran dapat dijumpai di berbagai komunitas Muslim di seluruh dunia,” katanya.

Pada Ramadhan 1436 H, kata dia, menjelang malam Nuzulul Quran, umat Muslim diharapkan mengaktualisasikan nilai-nilai Al Quran dalam kehidupan sehari hari. Aktualisasi nilai Al Quran merupakan kunci untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

“Sejarah turunnya Al Quran pada bulan Ramadhan erat kaitannya dengan peran Al Quran sebagai kitab suci yang diyakini menjadi pedoman hidup umat Muslim di seluruh dunia sejak zaman nabi hingga kini,” katanya.

Menurut dia, Allah SWT pun memperjelas peran Al Quran untuk menjadi petunjuk dan penjelas agar manusia mau berpikir. Mengingat pentingnya peristiwa tersebut, sebagian umat Muslim kemudian mengadakan acara khusus untuk kembali memperingatinya.

“Sayangnya, karena menjadi acara tahunan, tidak sedikit peringatan malam Nuzulul Quran hanya menjadi seremonial yang cenderung kurang dalam menggali dan merefleksikan nilai-nilai penting di dalamnya,” katanya.

Oleh karena itu, kata dia, sudah semestinya umat Muslim kembali menghidupkan intisari peringatan Nuzulul Quran dengan penuh penghayatan dan muhasabah diri.

“Dengan cara itu diharapkan umat Muslim dapat kembali merasakan ruh kerinduan terhadap Al Quran,” kata dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) FIAI UII itu.

Artikel ini ditulis oleh: