Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko menghadiri dan memberikan orasi ilmiahnya dalam acara Rapimnas Ikatan Pesantren Indonesia (IPI), di Jakarta, Rabu (27/1/2016). Rapimnas IPI tersebut mengambil tema "Jihad Pesantren Melawan Terorisme dan Radikalisme" dan dihadiri 22 perwakilan DPW IPI seluruh Indonesia.

Jakarta, Aktual.com – Kepala Kantor Staf Presiden, Moeldoko mengatakan nilai-nilai luhur budaya bangsa harus terus ditanamkan kepada generasi muda agar menjadi benteng dan pondasi kuat dalam menghadapi kuatnya arus dan pengaruh budaya luar yang dirasa tidak sesuai, serta dapat menyerabut (melepas) jati diri bangsa.

“Anak-anak muda perlu dikenalkan kepada budaya-budaya lokal, sehingga tidak tercerabut identitasnya, identitas budayanya, identitas sosialnya. Hal ini sangat penting,” kata Moeldoko di Jakarta, Jumat (22/6).

Era globalisasi menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia, dimana, segala norma dan etika yang menjadi kekuatan, tidak tergerus dengan kemajuan zaman. Justru sebaliknya, dapat tetap hidup ditengah arus global.

“Yang paling penting, agar dalam permainan global, nilai-nilai budaya lokalnya tidak tercerabut,” tandasnya.

Saat menghadiri pembukaan pameran karya seni kolaborasi Goenawan Mohamad dan Hanafi bertajuk “57 x 76”, di Galeri Nasional, Jakarta Pusat, Kamis malam (21/6), Moeldoko juga mengatakan senada. melestarikan seni dan budaya merupakan salah satu upaya untuk menjaga kesatuan bangsa. Dimana salah satu ciri terjadinya perang kebudayaan adalah munculnya upaya masif untuk menghilangkan keyakinan atau ideologi sebuah bangsa.

Oleh karenanya, untuk menghadapi ancaman itu, terutama dengan makin maraknya hoaks, berita palsu dan ujaran kebencian yang berkembang begitu garang, kita tak boleh limbung, was-was, atau skeptis. Sebaliknya, kita harus menjaga dan memperkuat keyakinan dan konsensus yang telah didirikan para `founding fathers bangsa ini.

“Melalui seni, kita sungguh amat berharap agar nilai-nilai luhur bangsa itu, terus terjaga,” kata Moeldoko.

Pameran tersebut menampilkan 217 karya seni yang dikerjakan bersama dua seniman berbeda latar belakang selama enam bulan terakhir.

Moeldoko juga menunjukkan salah satu karya dalam ruang pameran, yakni sebuah payung tanpa kain, yang lebih menyerupai tongkat.

“Karya itu menunjukkan pentingnya kita memiliki pegangan atau penuntun. Sebagai bangsa yang besar, Indonesia perlu memiliki pegangan yang kuat,” tegasnya.

Antara

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara