Penutup

Peringatan hari kebangkitan nasional harus dijadikan momentum untuk menggelorakan kembali semangat proklamasi. “Semangat proklamasi,” ujar Bung Karno, “adalah semangat rela berjoang, berjoang mati-matian dengan penuh idealisme. Semangat proklamasi adalah semangat persatuan, persatuan yang bulat-mutlak dengan tiada mengecualikan sesuatu golongan dan lapisan. Semangat proklamasi adalah semangat membangun negara…Dan manakala sekarang ada tanda-tanda kelunturan dan degenerasi, kikislah bersih semua kuman kelunturan dan degenerasi itu, hidupkanlah kembali semangat proklamasi!”

Dengan menyatukan tekad, dan mensenyawakan kekuatan, insya allah Indonesia akan bangkit kembali. Jika gerakan kembangkitan di masa lalu berhasil menjadikan Indonesia sebagai pelopor kemerdekaan bagi negeri-negeri terjajah di Asia, Afrika dan Amerika Latin. Gerakan kebangkitan masa kini ditantang untuk menjadikan Indonesia sebagai negeri demokratis yang berkemakmuran, yang menjadi kekuatan penting dalam era kebangkitan Asia.

Untuk itu, kita perlu “senjata” baru, cara pengucapan baru, dan kharisma pengubah sejarah yang baru. Ilmu dan teknologi, daya kreasi yang berbasis etos dan etis-estetis yang mewujud ke dalam kualitas manusia unggul adalah senjata, bahasa, dan kharisma baru kita untuk memenangkan masa depan.

Dalam upaya memenangkan masa depan, mesin dan visi tua akan sulit bersaing dalam pacuan kompetisi antarbangsa yang kian sengit. Perlu darah segar dengan gagasan progresif agar bangsa ini bisa meraih kembali kehormatannya di pentas dunia.

Upaya penemuan kembali (reinventing) Indonesia harus sejalan dengan upaya pemudaan kembali (rejuvenating) Indonesia. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan transformasi paradigmatik dalam kebudayaan. Strategi kebudayaan harus melakukan reorientasi pada dimensi mitos, logos dan etos. Kepercayaan kembali pada potensi kaum muda sebagai agen perubahan, pengukuhan kembali ilmu sebagai ukuran kehormatan, serta pemupukan etos kerja lewat pendidikan karakter yang memuliakan akhlak dan meritokrasi berbasis aktualisasi ragam kecerdasan insani.

Dengan cara itu, Indonesia bisa menatap masa depan dengan penuh optimisme. Semoga!

 

Oleh: Yudi Latif, Chairman Aktual