Jakarta, Aktual.com – Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero), Aas Asikin Idat mengungkapkan perubahan nilai tukar rupiah sedikit banyak memengaruhi pendapatan Pupuk Indonesia (Persero). Pasalnya, 70 persen biaya produksi adalah gas yang menggunakan kurs dolar.

“Perubahan nilai tukar rupiah-dolar sedikit banyak memengaruhi biaya produksi pupuk. Sekitar 70 persen bahan produksi merupakan gas yang menggunakan kurs dolar,” ujar Aas Asikin Idat di Jakarta, Selasa (8/5).

Namun, kinerja pupuk secara keseluruhan tidak terganggu karena perusahaan telah menerepkan hedging nilai tukar rupiah-dolar. Selain itu, perusahaan memanfaatkan momentum kenaikan dolar untuk mengeskpor pupuk.

“Ekspor 2017 sebanyak 700.000 ton, diharapkan tahun 2018 akan terus meningkat. Tapi kami utamakan domestik dahulu. Apabila kebutuhan domestik terpenuhi, baru kita ekspor ke Vietnam, Bangladesh atau Thailand,” jelasnya.

Terkait penyaluran pupuk subsidi, selama tahun 2017 perusahaan menyalurkan 9,3 juta ton pupuk untuk sektor PSO (Public Service Obligation) dengan rincian 4,1 juta ton urea, 2,68 juta ton NPK, 851 ribu ton SP36, 961 ribu ton ZA dan 688 ribu ton pupuk organik. Jumlah penyaluran PSO ini meningkat dari 9,18 juta ton di tahun 2016. Sedangkan penjualan ke sektor non subsidi mencapai 2,19 juta ton.

“Meskipun penyaluran pupuk bersubsidi lebih besar dibandingkan jumlah tahun 2016, justru Perusahaan dapat menekan biaya penyaluran subsidi sehingga menghemat beban biaya subsidi yang dibayarkan Pemerintah. Kami menerapkan kebijakan untuk menekan biaya-biaya, terutama efisiensi konsumsi bahan baku dan biaya distribusi pupuk, sehingga Perusahaan turut berkontribusi mengurangi beban subsidi Pemerintah sebesar Rp1,88 triliun”, kata Aas.

PT Pupuk Indonesia (Persero) berhasil melampaui target laba yang ditetapkan Pemegang Saham sebesar 150,2% dari target RKAP. Pada tahun 2017, BUMN pupuk tersebut mencatatkan laba sebesar Rp3,08 triliun, lebih besar dari target sebesar Rp2,05 triliun, dengan total pendapatan mencapai Rp58,96 triliun.

“Salah satu yang membanggakan adalah tahun 2017 merupakan rekor produksi tertinggi sejak berdirinya Perusahaan, yaitu sebesar 11,42 juta ton untuk segala jenis pupuk,” jelasnya.

Kenaikan produksi ini antara lain didorong oleh mulai beroperasinya pabrik baru Pusri 2B yang berkapasitas 970 ribu ton per tahun. Selain itu, reliabilitas pabrik juga terus meningkat sehingga mengurangi terjadinya unscheduled shutdown. Pendapatan perusahaan pada 2017 mencapai 58,96 triliun, total asset bertambah dari Rp127,1 triliun menjadi Rp128,49 triliun. Good Corporate Governance (GCG) oleh audit independen meraih hasil sangat baik. Key Performance Indicator (KPI) pada posisi baik, mencapai nilai 97 dari 100 poin.

“Kontribusi pajak terhadap Pemerintah juga masih cukup baik yaitu sebesar Rp4,94 triliun, dan deviden sebesar Rp768,85 miliar,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka