Rizal Ramli

Jakarta, Aktual.com – Menteri Koordinator Perekonomian era Presiden Gus Dur, Rizal Ramli ikut mengomentari fenomena suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) tiga bulan dalam Rancangan APBN 2018 yang dipatok di 5,3 persen atau lebih tinggi dari PABNP 2017 yang di 5,2 persen.

Dengan SPN yang tinggi itu maka suku bunga surat utang negara juga tinggi, yang tentu saja sangat merugikan Rakyat Indonesia.Hal ini terjadi, kata Rizal, karena adanya sosok Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang selalu memberi bunga tinggi ke kreditur.

“Makanya ini yang aneh, rating investment grade kita naik kenapa bunganya lebih tinggi? Ternyata Menkeu saat ini sering melakukannya. Pada 2004-2010 saat dia jadi Menkeu juga kasih bunga tinggi,” kata ekonom senior yang akarab dipanggil RR ini.

Padahal, pada waktu itu, rating investment grade Indonesia itu lebih tinggi dari Filipina, Thailand, dan Vietnam. Tapi yang terjadi justru bunganya lebih tinggi 1-1,5 persen dari Negara tersebut.

“Seharusnya 1 persen lebih murah. Itu karena ada Sri Mulyani,” sesal RR.

Kebijakan tersebut, kata dia, jelas sangat menyengsarakan Rakyat Indonesia yang harus membayar bunga dan pokok utang itu. Sebab, jika utang itu sampai 10 tahun, maka bunganya bisa sampai 20 persen.

“Dan kemahalan itu harus dibayar oleh Orang Indonesia. Saya katakan ke Menku saat ini coba lakukan refinancing. Utang yang kemahalan di masa lalu ditukar dengan utang yang lebih murah. Supaya menguntungkan rakyat kita. Tapi tidak didengar,” RR menegaskan.

Tahun lalu saat dirnya jadi Menko Maritim di Pemerintahan Jokowi, RR mengusulkan di Sidang Kabinet untuk melakukan revaluasi asset. Tapai sayangnya menteri perekonomian yang lain tidak setuju. Hanya dia dan Presiden Jokowi yang mau. Padahal dengan revaluasi aset BUMN itu mendongkrak aset BUMN sebanyak Rp800 triliun. Namun sayangnya tak semua ikut.

“Dan kebijakan itu, penerimaan pajaknya juga naik Rp32 triliun. Jadi kalau BUMN itu semau melakukan revaluasi asset, maka tak perlu ada lagi suntikan PMN (penyertaan Modal Negaar). Itu cara lebih canggih untuk menggenjot BUMN, tanpa PMN. Dan bisa membantu kita dari keterantungan utang,” pungkas dia.

Pewarta : Busthomi

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Bawaan Situs