Jakarta, Aktual.com – Pemerintah di tahun ini memang masih akan gencar menerbitkan utang baru, baik itu utang bilateral atau pun utang dengan menerbitkan Surat Berharga Negara.

Namun demikian, menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, utang yang saat ini dimiliki pemerintah diklaimnnya masih relatif aman. Apalagi jika dikaitkan dengan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dinilainya masih sangat kecil.

“Bagi saya, selama kita ngutang kemudian untuk investasi maka utang itu tak masalah. Yang jadi bencana jika utang banyak tapi tak digunakan investasi. Akan semakin jadi beban,” ujar Menkeu di Jakarta, Jumat (3/2).

Menurutnya, dalam melihat utang itu pemerintah sama sikapnya seperti para pelaku usaha yang berencana untuk ngutang. “Jadi sama (seperti pengusaha), kalau ngutang tapi tak diputar untuk investasi ya akan menjadi disaster (bencana). Investasi dengan mengembangkan proyek infrastruktur,” papar dia.

Menkeu kerap membanggakan diri bahwa debt to equity ratio (DER) atau rasio utang terhadap PDB masih rendah di kisaran 27-28 persen. Sementara negara-maju lainnya justru rasionya sangat tinggi.

“Amerika Serikat (AS) rasionya 108 persen, sementara Jepang sebanyak 280 persen. Jerman saja yang dianggap negara paling prudent di Eropa, tapi rasiomonya mau 70 persen. Kalau kita relatif well dibanding negara lain,” dalih Sri Mulyani.

Sebelumnya, Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, Robert Pakpahan berencana untuk menerbitkan Surat Berharga Negara pada tahun 2017 ini mencapai Rp597,035 triliun. Dari jumlah tersebut, total penerbitan SBN Netto ditargetkan sebesar Rp399,8 triliun.

Sementara dari total target penerbitan SBN 2017 itu, terdapat utang jatuh tempo sebesar Rp164,02 triliun. Selain itu, dana utangan itu juga akan digunakan untuk SBN Cash Manajemen sebesar Rp30 triliun dan rencana buyback sebesar Rp3 triliun.

“Untuk penerbitannya terdiri dari obligasi domestik 80% dan international bond 20%. Kalau dari sisi domestik terdiri dari lelang sebesar 73% dan non lelang sebesar 7%,” tutur Robert.

Rencananya, sebanyak 60 persen atau sekitar Rp358,2 triliun dari penerbitan SBN akan digunakan pendanaan awal tahun (front loading) sepanjang semester I-2017 ini.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan