Jakarta, Aktual.com – Maulana Syekh DR.Abdul Mun’iem –Hafidzahullahu Ta’ala adalah al-Syarif al Jalil al ‘Allamah al Fadhil al-Sayyid Abdul Mun’im bin Abdul Aziz bin Muhammad Shiddiq al Hasani al Ghumari.

Ayah beliau adalah seorang ulama terkemuka yaitu al ‘Allamah Abu al Yasr Sayidi Abdul Aziz bin al Arif Billah Quthb Rabbani Sayidi Muhammad bin Shiddiq –Ridhwanullahi ‘Alaihim Jami’an- Sedangkan kakek beliau dari pihak ibu adalah al ‘Abid al-Nasik Sayidi al Mubarak bin Abdul Syafi bin Abdul Mukmin seorang ulama yang menjadi imam dan khatib di zawiyah Shiddiqiyah yang melahirkan banyak para penghapal Al Quran.

Syekh Abdul Mun’iem bin Abdul Aziz bin Muhammad Shiddiq Al Ghumari dilahirkan di Tangier, Maroko pada tahun 1970 M, beliau terlahir di rumah kemuliaan, di gudang ilmu syariat dan tasawuf dan berkembang dibawah asuhan keluarga besarnya yang merupakan para tokoh ulama kharismatik yang menyandang kredibilitas utama diantara kalangan ulama lainnya pada masa itu.

Sebagai sosok yang terlahir di tengah keluarga besar para ulama yang kental dengan nuansa tasawuf, tentu beliau sudah banyak meneguk kesegaran mata air tasawuf sunni yang bersumber dari ayahanda beliau dan telah mewarisinya.

Ayah beliau, Syekh Abdul Aziz bin Muhammad Siddiq -Qaddasallahu Sirrahuma-

Syekh Abdul Aziz dianugerahi banyak keistimewaan sebagaimana saudara-saudara kandungnya yang lain (seperti Syekh Ahmad bin Muhammad Shiddiq, Syekh Abdullah bin Muhammad Shiddiq dan saudara-saudaranya yang lain), bahkan kecenderungan ayah beliau (Syekh Abdul Aziz) pada ilmu tasawuf lebih besar perhatiannya dari pada saudara-saudara kandung beliau yang lain.

Hal tersebut dapat kita amati dari beberapa kitab karangannya yang banyak membahas tentang ilmu tasawuf dan berbicara tentang hal ihwal kaum sufiyah dengan mengupas secara detail dan mendalam seputar penjelasan ungkapan isyarat dari para sufiyah, (dalam hal ini) beliau mempunyai insting tasawuf yang kuat serta mendapat anugerah futuh yang hebat dalam menguraikan penjelasan atas sejumlah ungkapan misterius dari para ahli tasawuf yang begitu singkat dan sulit dimengerti.

Diantara karya beliau antara lain adalah : ‘Syarh li Nuniyah al Syasytari’ kitab yang menjelaskan ungkapan sufistik Syekh Syasytari dalam syair Nuniyah, kitab ‘Syarh li Abyat al Junaidi’ yang menguraikan gagasan sufi besar Imam Junaidi al Baghdadi yang tertuang dalam bait syairnya yang berjudul ‘ Tawadha’ bi Maai al Ghaib’ (Berwudhulah dengan air ghaib) , kitab ‘al Anwar al Qudsiyah li Syarh al Washiyah al Shiddiqiyah’ yang berisikan syarah atau penjelasan atas kitab Washiyah Shiddiqiyah yang ditulis oleh ayahnya (Syekh Muhammad Shiddiq al Ghumari QS), dan sejumlah kitab karangan yang lainnya.

Zawiyah Shiddiqiyah dan Pengaruhnya

Syekh Dr.Abdul Mun’iem secara rutin mengikuti halaqah pengajian dan dzikir di zawiyah Shiddiqiyah yang dibina oleh ayahnya bahkan sewaktu beliau masih kecil seringkali dibawa ayahnya ke zawiyah dan itulah saat-saat yang paling berkesan dan berpengaruh dalam pembentukan karakter kepribadian beliau dimana pada masa tersebut keberkahan dan manfaat mengalir deras pada ruh dan akal beliau secara bersamaan, spritualnya dimakmurkan dengan memperbanyak dzikrullah dan intelektualnya dibekali dengan aneka mutiara dari beragam cabang ilmu yang tak ternilai harganya serta dengan sejumlah gagasan brilian dari isyarah-isyarahnya kaum sufiyah.

Selain intens menimba ilmu dari ayahnya baik dalam halaqah umum yang biasa digelar setiap bada shalat jumat maupun dalam halaqah khassah yang bersifat eksklusif, di zawiyah Shiddiqiyah beliau juga menerima bimbingan pelajaran ilmu fiqh, hadits dan tafsir dari uwa beliau yaitu Syekh Sayidi Abdullah bin Muhammad Shiddiq Qaddasallahu Sirrahu- serta mendapatkan ijazah ammah atas semua periwayatannya.

Selain itu beliau mematangkan kepiawaiannya dalam ilmu nahwu, mantiq, balaghah dan ushul fiqh kepada pamannya yaitu Syekh Sayidi Abdul Hay bin Muhammad Shiddiq –Qaddasallahu Sirrahu- dan mendapatkan ijazah ammah.

Dalam banyak kesempatan Syekh Dr.Abdul Mun’iem -secara terus terang- sering mengatakan bahwa pengalaman belajar kepada para Quthub dari keluarga Shiddiqiyah telah membuahkan wawasan keilmuan yang sangat agung dan ilmu yang beliau dapatkan dari zawiyah tersebut tidak akan bisa beliau temukan meskipun harus selama bertahun-tahun mengenyam bangku perkuliahan.

Karena itu beliau menyakini bahwa zawiyah Shiddiqiyah adalah sebaik-baik lembaga pendidikan yang pernah beliau terima pengajarannya, dari akademi zawiyah beliau banyak menyerap faedah dan mutiara ilmu dari ayahnya , uwanya dan pamannya.

Atas bimbingan merekalah beliau dengan mudah dalam menempuh jenjang pendidikan formal, beliau lulus munaqasyah magister jurusan syari’ah dari Universitas Qarawein di kota Fes,Maroko dan meraih gelar doktoral dalam bidang ilmu hadits dari Universitas Sulthan Hasan II di kota Cassablanca Maroko.

Bersambung…

Laporan: Deden Sajidin

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Andy Abdul Hamid