Presiden Tiongkok Xi Jinping kembali terpilih sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis China (PKC) untuk lima tahun ke depan (2017-2022) dalam rapat paripurna pertama Komite Sentral ke-19 PKC di Beijing. (ilustrasi/aktual.com)

Cina saat ini memang memerlukan ruang hidup atau lebensraum. Mengingat penduduk Cina pada 2030 mendatang diperkirakan 1,6 miliar jiwa. Menurut perhitungan para pakar,tingkat urbanisasi(perpindahan penduduk dari desa ke kota) di Cina pada 2030 mendatang meningkat 50 persen.

Pemerintah Cina nampaknya memandang urbanisasi sebagai “obat mujarab” untuk menyembuhkan segala penyakit sosial yang melanda daerah pedesaan. Peter Navaro, dalam bukunya The Coming of China Wars memprediksi bahwa dalam beberapa dasawarsa mendatang, pemerintah Cina akan memindahkan 300 juta lebih petani dari lahan pertanian yang sempit,di pedesaan ke kota-kota dan pabrik-pabrik di Cina yang penuh sesak.

Sisi menarik dari studi Peter Navaro ini, meskipun perekonomian CIna terus tumbuh mencapai 10 persen per tahun, namun pasukan cadangan pengangguran Cina tidak akan mungkin berkurang sedikitpun. Bahkan mungkin semakin membengkak.Fakta ini tentu saja sebuah Paradoks. Pertumbuhan ekonomi meningkat, namun penggangguran tetap tinggi.

Senjata Pemusnah Massal Cina

Salah satu paradoks negeri Cina yang belum banyak disorot dewasa ini. Bahwa mesikpun pertumnbuhan ekonomi Cina mencaqpai tingkatan tertinggi dalam dari tahun ke tahun, dan dari dasawarsa ke dasawarsa, namun upah buruh/pekerja sangat rendah.

Rupanya ada kisah tersembunyi di balik itu. Menurut penuturan Peter Navarro dalam bukunya The Coming of China Wars, rahasia sukses ekonomi Cina karena para para produsen berhasil menyediakan para buruh atau tenaga kerja berketrampilan tinggi namun dengan upah rendah.

Inilah yang membedakan Cina dengan VIetnam, Laos, atau Kamboja, yang bisa menyediakan upah rendah bagi para produsen, namun berketrampilan dan berkualitas rendah.

Inilah yang membuat Cina mampu bersaing dengan negara-negara adikuasa ekonomi lainnya. Peter Navarro punya gambaran bagus tentang ironi atau paradoks kemajuan Cina ini.

“Di negara yang dibangun berdasarkan ideologi Marixis terdapat pasukan cadangan pengangguran terbear yang pernah terjadi dalam sejarah manusia.”

Boleh jadi inilah misteri kebarhasilan Cina mempertahankan pertumbuhan ekonominya saat ini. Selanjutnya Navarro menulis,”Kehadiran pasukan cadangan pekerja pengangguran yang tidak terelakkan itu akan selalu menekan upah. Sehingga membiarkan kaum kapitalis mengeksploitasi para pekerja dengan cara-cara lain misalnya membiarkan kondisi kerja yang buruk.”

Begitulah. Adanya surplus buruh/tenaga kerja, maka karena adanya pasukan cadangan pekerja pengangguran. Hal ini dipicu antara lain oleh adanya privatisasi industri sebagai bagian dari reformasi ekonomi Cina. kedua, peningkatan pesat arus ubranisasipenduduk dari desa ke kota. Akibat kemiskinan yang sangat kronis di daerah pedesaan.

Betapa tidak. Jumlah petani begitu banyak di Cina. Namun begitu sedikit lahan pertanian. Sehingga kebanyakan petani di Cina hanya memiliki petak sawah yang amat sempit. Paling hanya satu atau dua akre.

Sehingga perpindahan dari penduduk yang semula bekerja di sektor pertaniah yang berlahan sempit, kemudian dipindahkan ke sentra-sentra industri yang padat. Dalam anggaran pemerintah Cina, berpindah dari desa ke kota merupakan obat mujarab untuk menyembuhkan penyakit sosial di pedesaan.

Inilah paradoks Cina. Pertumbuhan ekonomi mencapai 10 persen per tahun, pasukan cadangan pengangguran bukannya berkurang, malah semakin bertambah. Ketika secara ekonomi Cina makin makmur, surplus tenaga kerja dan pengangguran malah sama tingginya.

Alhasil, ketika Amerika menggunakan senjata pemusnah massal berupa senjata biologis, Cina justru menggunakan pasukan cadangan pekerja pengangguran sebagai Senjata Massal Cina.

Sekarang bisa dimengerti jika dalam Turnkey Project Managament sebagai skema kerjasama ekonomi Cina dengan beberapa negara, termasuk Indonesia, Cina memaksakan untuk menyatu-paketkan antara modal/uang, pabrikan, dan tenaga kerja negerinya

Bisa jadi, inilah latarbelakang yang bisa menjelaskan adanya banjir tenaga kerja Cina ke Indonesia.

Hendrajit, Redaktur Senior.