Hendropriyono. (ilustrasi/aktual.com)
Hendropriyono. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com- Kalau berita soal Hendropriyono yang mantan Kepala BIN di era Megawati itu terpilih jadi Ketua Umum PKPI menyusul hasil Kongres Luar Biasa partai pada 29 Agustus lalu, jelas kurang menarik, karena selain PKPI itu partai gurem dari sejak dipimpin Edi Sudrajat sampai Sutiyoso, di DPR pun nggak dapet kursi.

Namun, kemuncuilan sosok Hendropriyono itu sendiri ke pentas politik nasional, meskipun melalui sebuah partai gurem, tetap menarik untuk diulas dan dibaca langkah-langkah politiknya kini dan jelang Pilpres 2019.

Mari kita ulas melalui kombinasi pakem permainan catur dan sepakbola. Ketika main catur, saya selalu fokus dengan gaya bermain kedua belah pihak. Saya perhatikan untuk setiap pembuka jalan selalu pion yang dikorbankan, step berikutnya tergantung dari strategi si pemain, pada dasarnya semua pasukan dengan aturan mainnya masing-masing bertujuan melindungi raja dan pedana menteri.

Sayangnya hari ini, permainan catur politik dalam negeri sepertinya mengalami komplikasi. Aturan mainnya terlihat seperti melawan kesepakatan, mungkin karena angin yang berhembus sudah tidak mampu lagi diantisipasi dikontra oleh para pemain-pemain kunci di istana, sehingga terlihat sang raja dan perdana menteri mulai mengambil posisi di depan memimpin langsung para bidak alias pion. Nah salah satu indikasinya, Hendripriyono yang akrab disapa Om Edo ini, terjun langsung ke kancah perpolitikan nasional.

Padahal, karakteristik Om Edo selama ini, justru cenderung bermain di belakang layar dan berperan sebagai skemator dan penulis skenario, ketimbang terjun langsung ke lapangan.
Strategi tendangan, mungkin harus memilih tendangan pisang, karena lambungan bola harus seminimal mungkin bisa ditakar lawan, perhitungan cermat sangat dibutuhkan, mulai dari jarak titik awal ke gawang, kecepatan tendangan, dan sudut engkel si kaki si penendang, agar lambungan bola mampu sampai pada titik tuju (gawang).

Pengalaman, kecaklapan/skill, kecerdasan, dan penguasaan lapangan mutlak menjadi syarat si penendang. Begitu pula pola strategi permainan di lapangan, apakah akan peran sebagai pemain lini tengah, atau permainan menyisir dari sayap kanan atau kiri.

Kalau melihat karakteristik Hendropriyono, agaknya dia terjun ke lapangan persepakbolaan politik nasional untuk memainkan peran sebagai Gelandang Tengah alias Play Maker, untuk mengatur irama permainan seraya membangun keseimbangan antara pola bertahan dan pola menyerang.

Arena Pilpres maupun Pileg 2019 sepertinya akan menampilkan para perdana menteri, sementara para pion hanya bertugas untuk mengalihkan fokus lawan.

Siapa pemegang data intelijen yang paling akurat, dialah yang akan menjadi penguasa lapangan. Dan untuk urusan yang satu ini, reputasi dan kredibilitas Hendro sebagai kader binaan Benny Moerdani sang maestro intelijen di era Suharto, sudah teruji oleh perkembangan waktu. Bukan itu saja. Selain punya akses sumberdaya keuangan yang cukup memadai, Hendro juga punya jalinan kontak dan relasi yang cukup luas bukan saja di kalangan TNI, melainkan juga di kalangan komunitas bisnis dalam dan luar negeri. Sehingga kemunculannnya sebagai nahkoda PKPI membuka berbagai kemungkinan politik baru di pentas politik nasional.

Tapi jangan lupa, bahwasannya di setiap pertarungan selalu muncul sang Kuda Hitam. Baik secara tak sengaja maupun karena by design. Sehingga kemunculan Om Edo sang perdana menteri permainan catur maupun sebagai gelandang tengah/the Play maker permainan sepakbila ke lapangan permainan, mengundang spekulasi bahwa sasaran strategis yang sesungguhnya adalah untuk mengkondisikan kemunculan sang kuda hitam di pentas politik 2019?

Kalau begitu, kita tunggu langkah kuda Hendropriyono.

 

(Hendrajit)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Hendrajit