Jakarta, Aktual.com – Anggota Komisi XI DPR RI Ecky Awal Mucharam menginginkan pemerintah dapat menerapkan penyusunan anggaran yang lebih realistis dan sesuai dengan beragam indikator baik nasional maupun global dan tidak terpaku dengan target yang tidak realistis.

“Mudah-mudahan untuk perencanaan anggaran 2016 bisa lebih realistis,” kata Ecky Awal Mucharam dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, ditulis Senin (15/6).

Dengan adanya perencanaan anggaran yang lebih realistis, ujar dia, diharapkan tidak terjadi lagi kesenjangan antara target kebijakan dengan hasil yang dicapai.

Politisi Partai Keadilan Sejahtera itu juga mengingatkan ancaman melebarnya defisit fiskal karena sejumlah pilihan kebijakan ekonomi yang dinilai tidak tepat.

Hal itu juga diperparah, lanjutnya, dengan realisasi anggaran yang lamban serta indikator makroekonomi yang meleset jauh dari asumsi APBN-2015.

Sebagaimana diberitakan, realisasi dari berbagai alokasi dalam anggaran baik di pusat maupun di daerah guna menggerakkan sektor riil di tengah masyarakat merupakan hal yang penting dalam upaya untuk mengatasi pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

“Kita mesti mempercepat proyek-proyek yang dijanjikan,” kata Ketua Tim Ahli Wapres Sofjan Wanandi setelah rapat tentang coklat yang dipimpin langsung oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla ketika ditemui wartawan di kantor Wapres, Jakarta, Selasa (9/6).

Menurut dia, pelemahan rupiah yang terjadi antara lain karena membaiknya kondisi perekonomian AS telah mengakibatkan sejumlah dampak seperti banyak yang menaikkan harga dalam negeri karena bahan bakunya impor.

Untuk itu, ia juga mengemukakan bahwa hal terpenting adalah agar jangan sampai terjadi “out of control” sehubungan dengan kondisi perekonomian saat ini.

“Karena penurunan ada kekhawatiran yang berlebihan, kita jaga sektor riil untuk bisa kita gerakkan,” katanya.

Sofjan Wanandi juga menginginkan agar konten lokal dalam produksi juga terbesar agar tidak diperlukan impor.

Ia menilai bahwa penting agar jangan ada kekhawatiran yang tercipta dalam bentuk spekulasi dolar AS karena pelemahan mata uang rupiah juga terkait dengan faktor psikologis.

Artikel ini ditulis oleh: