Menko bidang Kemaritiman Luhut Panjaitan (tengah) berbincang dengan Mensesneg Pratikno (kiri) dan Seskab Pramono Anung (kanan) sebelum mengikuti Rapat Terbatas Evaluasi Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional dan Program Prioritas Provinsi Sulawesi Tenggara di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (10/4). Presiden meminta pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara membangun infrastruktur pendukung sektor pertanian seperti Bendungan Ladongi, Bendungan Pelosika serta pembangunan infrastruktur irigasi lain. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/Spt/17

Jakarta, Aktual.com – Sekretaris Kabinet Pramono Anung, menyatakan aparat kepolisian harus segera membuka tabir penyerangan yang dilakukan kelompok orang tak dikenal di Mapolda Sumatera Utara, Minggu (25/6) dini hari tadi.

Ia pun mengatakan bahwa pemerintah mendukung pihak kepolisian untuk menindak pelaku penyerangan tersebut. Hal ini dinyatakan Pramono Anung usai bersilaturahmi dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, di Jakarta, Minggu (25/6).

“Kita semua harus mensupport polisi yang menjaga keamanan kita dan tindakan mereka (pelaku penyerangan) kepada polisi, tentunya polisi perlu hati-hati dan kita juga semuanya,” kata Pramono Anung kepada Media.

Politisi asal PDI-P ini pun berharap agar polisi dapat segera menangkap pelaku penyerangan secepat mungkin. Terlebih, ia mengungkapkan bahwa pihak kepolisian sudah melengkapi data-data yang ada, termasuk sel dan jaringan yang diduga melakukan penyerangan ini

“Mudah-mudahan dalam waktu dekat segera bisa diungkap,” katanya.

Sementara itu, Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menegaskan, penyerangan terhadap Mapolda Sumut menandakan bahwa ancaman terorisme sudah semakin di depan mata. Menurutnya, sudah seharusnya semua komponen bangsa bersatu padu menghadapi terorisme di tanah air.

“Seluruh pihak bergandengan tangan, mendukung aparat penegak hukum menegakkan hukum tanpa terkecuali untuk menciptakan rasa aman dan ketentraman bagi masyarakat mengingat tugas pemerintah melindungi segenap tumpah darah Indonesia,” kata Hasto.

Menanggapi penyerangan terhadap anggota kepolisian apakah perlu mempercepat RUU Terorisme, kata Hasto, pihaknya berdialog bersama untuk menyelesaikan item-item yang belum dituntaskan dalam RUU Terorisme.

Ia pun menegaskan bahwa PDIP mengutuk keras penyerangan tersebut.

“Kami mengutuk keras penyerangan terhadap aparat penegak hukum,” kata Hasto.

Sebelumnya, Kepala Kepolisian Indonesia (Kapolri) Jenderal Polisi Tito Karnavian, sudah menyatakan bahwa pihaknya telah mengetahui pelaku penyerangan polisi di Mapolda Sumut, Medan. Kepada Media, Tito mengungkapkan bahwa pelaku penyerangan tersebut merupakan sel dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

“Ini disinyalir masih ada sel dari kelompok JAD yang punya inten, yang niat melakukan serangan di sana,” kata Tito, usai bersilahturahmi dengan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, di Istana Negara Jakarta.

Seperti yang diketahui, pelaku penyerangan ini melakukan aksinya dengan cara yang terbilang nekad. Dua penyerang diketahui melompat pagar dan masuk ke dalam pos jaga 3 Mapolda Sumut, justru di saat pihak kepolisian tengah meningkatkan penjagaannya terkait dengan arus mudik Lebaran 2017.

Penyerangan ini telah menewaskan dua orang, yaitu seorang dari pihak kepolisian dan seorang lagi merupakan bagian dari komplotan penyerang. Korban jiwa dari pihak kepolisian merupakan anggota Satuan Pelayanan Mapolda Sumut, Ajun Inspektur Satu Polisi Mattia Sialingging, sedangkan korban jiwa dari komplotan penyerang diketahui bernama Sigalingging.

“Tadi pagi dua orang melompat pagar dan menyerang satu orang petugas yang kemungkinan besar sedang tidur, almarhum Ajun Inspektur Satu Polisi Martua Sialingging,” terang Tito.

Kejadian itu, kisahnya, kemudian dilihat polisi lain yang berada di Mapolda Sumut. Para polisi yang melihat pun langsung mengejar dua pelaku tersebut.

“Polisi lain melihat kejadian itu, kemudian berbalik lari karena tidak bersenjata sambil berteriak. Ada petugas jaga dari Brimob langsung menembak kedua orang ini, satu meninggal dan satunya terluka, tapi masih hidup,” ungkapnya.

Tito menyatakan bahwa jumlah pelaku dalam penyerangan ini kemungkinan besar berjumlah tiga orang, yang merupakan sisa dari sel-sel JAD yang masih tersisa.

“Mudah-mudahaan kekuatannya tidak terlalu besar,” kata Tito berharap.

Atas penyerangan ini, Tito pun telah memerintahkan semua jajarannya, baik kesatuan maupun pribadi, untuk memperkuat pengamanan masing-masing.

“Mereka berkali-kali sampaikan karena polisi dianggap kafir harbi, kafir yang menyerang mereka. Itu harus diprioritaskan,” katanya.

Pewarta : Teuku Wildan

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Bawaan Situs