Waspadai pisau bermata dua Trump. (ilustrasi/aktual.com)

Terkait tudingan Presiden Donald Trump minggu lalu bahwa Indonesia berlaku curang dalam hubungan bilateral AS-RI, pengkaji Geopolitik Global Future Institute M Arief Pranoto ingatkan pemerintah agar hati-hati dengan manuver politik diplomasi Presiden AS Donald Trump, Yang harus dicermati adalah strategi “pisau bermata dua: Trump. Ke dalam negeri, Trump menerapkan kebijakan mengubah defisit anggaran menjadi surplus,” sementara strategi ke luar negeri Trump menerapkan kebijakan mengurangi ketergantungan impor dengan negara-negara sedang berkembang. Termasuk tentunya Indonesia.

Begitulah. Mengurangi impor agar tidak menggerus cadangan devisa negaranya. Sedangkan dalam menerapkan pengurangani impor terhadapa negara-negara lain yang selama ini AS sangat tergantung seperti Arab Saudi dan Indonesia, tujuan sesungguhnya adalah untuk menggerus cadangan devisa negara-negara eksportir, termasuk Indonesia.

Inilah salah satu poin program “America First”-nya Trump mengurangi impor, agar devisa tidak tergerus. “Sekarang saja coba lihat. Jatuhnya harga minyak dunia adalah dampak langsung terkait America First, dan Saudi Arabia merupakan “korban pertama”-nya, termasuk (nanti) Cina.” tutur pria kelahiran Malang-Jawa Timur itu,

Lantas, bagaimana Indonesia menyikapi strategi pisau bermata dua tersebut, utamanya jelang kedatangan Wakil presiden AS Mike Pence? “Untuk Indonesia, segera petakan, definisikan, anatomi, dsb secara jeli, cermat serta akurat apa rencana dan ‘agenda’ lanjutan pasca isu ditebar oleh Trump. Kemudian lakukan kontra-kontra agar isu tetaplah menjadi isu,” begitu simpul M Arief Pranoto.

Ulasan M Arief Pranoto itu terkait dengan pernyataan provokatif Trump Jumat 7 April lalubahwa Indonesia dan 15 negara lainnya kerap bertindak curang dalam perdagangan bilateral.

Tudingan Trump terhadap Indonesia itu nampaknya didasari fakta bahwa perdagangan AS-RI mengalami defisit yang mencapai 8,4 miliar dolar AS.

Dalam pengamatan M Arief Pranoto, dari perspektif asymmetric warfare atau peperangan nirmiliter, tudingan Trump ini istilahnya ‘isu’. Trump lagi menabur isu. Kenapa? Karena usai isu ditabur, niscaya akan ada langkah terkait ‘tema dan/atau agenda’ serta ‘skema’ yang hendak didorong kemudian.

Begitu urutannya: Isu – Tema – Skema. Pertanyaannya, “Apa tema berikutnya?” Ini yang mutlak didefinisikan, dianatomi, di-breakdown, dan seterusnya.

Sedangkan ‘skema’-nya dapat ditebak, yaitu: “Trump hendak mengubah defisit anggaran menjadi surplus,” terkait impor-ekspor dengan Indonesia. Semua akhirya tergantung kita.

“Apakah isu tetap akan menjadi isu karena daya tahan dan daya lawan bangsa ini, atau isu bakal melaju serta berubah menjadi ‘agenda’?

Nah, di sinilah para menteri bidang Politik dan Keamanan maupun kementerian perekonomian harus duduk bersama dan bersatu dalam kebijakan dan derap langkahnya.

Agustina Permatasari