Foto yang diunggah Wasekjen Demokrat, Rachland Nashidik dalam akun twitternya pada Selasa (18/9). Dalam foto ini, terdapat Kepala Staff Presiden (KSP) Moeldoko dengan salah satu pendiri Asia Sentinel, Linn Neumann. AKTUAL/ ISTIMEWA

Jakarta, Aktual.com – Berita media asal Hong Kong, Asia Sentinel, yang telah mendiskreditkan Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sedikit demi sedikit mulai terbuka tabir misterinya.

Setidaknya hal ini yang diungkapkan oleh kader-kader partai tersebut.

Internal Demokrat menduga pihak yang bermain dalam pemberitaan tersebut justru orang-orang yang berada di lingkaran Istana.

Wasekjen DPP Partai Demokrat Rachland Nashidik mengunggah sebuah foto melalui akun twitter pribadinya, @RahclanNashidik pada Selasa (18/9) kemarin.

Dalam foto itu, terdapat 17 orang, termasuk pendiri Asia Sentinel, Lin Neumann dan Kepala Staf Presiden (KSP), Jenderal (Purn) Moeldoko.

“Lin Neumann, berkacamata ketiga di belakang, adalah co-founder Asia Sentinel, blog berbasis di Hongkong yang menyebar kabar bohong tentang SBY dan Partai Demokrat,” cuit Rachlan.

Rachland pun mempertanyakan hubungan antara Moeldoko dengan Lin Neumann. Salah satu yang juga dipertanyakannya adalah hubungan antara fitnah Asia Sentinel terhadap SBY dengan foto Moeldoko dan Lin Neumann itu.

“Di foto ini Tuan Neumann berfoto dengan @GeneralMoeldoko. Apakah Istana terlibat dalam fitnah pada SBY?” tanyanya seraya menyebut akun twitter milik Moeldoko.

Cuitan ini pun menimbulkan sejumlah tanggapan dari netizen. Salah satu netizen bahkan menyebut foto tersebut diambil saat pertemuan resmi dengan American Chamber of Commerce Indonesia (AmCham Indonesia) pada Mei lalu.

Asia Sentinel sempat memuat artikel berjudul ”Indonesia’s SBY Government: Vast Criminal Conspiracy”. Artikel yang ditulis oleh John Berthelsen itu berisi hasil investigasi pencucian uang dalam jumlah besar di era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhyono (SBY).

Disebutkan telah terjadi pencurian dana sebesar Rp 12 miliar dolar AS atau setara Rp 177 triliun yang dicuci melalui bank-bank internasional. Hal tersebut diambil dari laporan hasil investigasi bersama setebal 488 halaman yang disusun sebagai gugatan Weston Capital International, ke Mahkamah Agung Mauritius beberapa pekan lalu.

Disebutkan bahwa ada konspirasi atau rekayasa saat pemerintah menetapkan Century sebagai bank yang gagal pada tahun 2008. Asia Sentinel juga menyebutkan Bank Century sebagai ‘bank SBY’ untuk menggambarkan adanya konspirasi seputar pendirian dan kebangkrutan Bank Century. Bank Century disebut menjadi medium penyimpanan dana gelap yang dikuasai Partai Demokrat.

Namun demikian, artikel ini sudah hilang dari laman Asia Sentinel.

Tidak hanya kali ini, sebelumnya Rachland pun telah menulis tentang Linn Neumann dalam cuitannya pada Senin (17/9) kemarin. Linn Neuman, tulis Rachland, adalah salah satu editor Asia Sentinel.

“Namanya kini telah hilang dari susunan editor blog berbasis di Hongkong yang menulis laporan bohong tentang SBY dan Partai Demokrat,” katanya.

Masih dalam cuitan yang sama, Rachland juga menulis kaitan antara Neumann dengan salah seorang pengusaha yang dikenal dekat dengan Istana.

“Neumann adalah founding editor dari Jakarta Globe –media lokal yang dicukongi James Riady.”

Tidak hanya itu, dalam cuitan yang lain, Rachland juga menyebutkan jika Neumann tida berada di luar negeri, melainkan berada di tanah air.

Menurutnya, ketimbang mengejar John Berthelsen di Hongkong, Dewan Pers seharusnya lebih mengutamakan Neumann.

“Linn Neumann ada di Indonesia. Kendati kerap melanglang buana, James Riady punya bisnis di Indonesia. Mestinya, Pers Indonesia tak kesulitan untuk mengejar mereka dan meminta klarifikasi,” kata Rachland.

“Daripada jauh-jauh ke Hongkong mengejar Berthelsen yang alamat blognya saja cuma email,” tandasnya masih dalam cuitan yang sama.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Teuku Wildan