Say No To LGBT (Aktual/Ilst)

Jakarta, Aktual.com – Isu ini memang isu yang sudah lama bergulir. Muncul kembali ketika musibah gempa dan tsunami menerjang Kota Palu, Sulawesi Tengah. Ya, Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) saat ini kembali “menarik” perhatian serius di kalangan masyarakat.

Khususnya di wilayah Palu dan Garut, Jawa Barat. Banyak yang mengkaitkan musibah di Palu ini akibat adanya LGBT. Begitu juga di Garut ketika diterjang gempa dan tsunami akibat amukan sungai Cimanuk.

Dalam video yang tersebar di group WA disebutkan bahwa di wilayah Palu ada sekitar 1500 orang. Dan itu tercatat dalam sebuah group WA. Sementara belakangan ini disebutkan di wilayah Garut ada sekitar 2500 anggota LGBT.

Video memuat berita PaluTV tertanggal 6 Maret 2018 itu tersebar. Dalam laporann PaluTV itu, Mahasiswa Anti LGBT mendapatkan bukti-bukti bahwa perkembangan praktik penyimpangan seksual tersebut semakin meningkat tajam di Kota Palu.

Bahkan mereka secara terang-terangan menampakkan diri sebagai penyuka sesama jenis di media sosial. Mahasiswa ini menemukan adanya beberapa group aktif di Facebook yang menjadi forum para kaum LGBT yang berada di Kota Palu.

Salah satunya adalah grup “Gay Kota Palu” yang telah memiliki 1500 lebih anggota. Mereka menjadikan group tersebut sebagai forum khusus untuk saling berkenalan, curhat sesama gay, menawarkan diri mereka untuk dijadikan pacar, bahkan sebagai pasangan untuk saling berhubungan seks.

Lima bulan setelah berita ini, Kota Palu diguncang gempa 7,4 SR kemudian disusul tsunami setinggi enam meter pada Jumat (28/9) lalu. Gempa setara 200 kali bom atom Hirosima itu benar-benar meluluhlantakkan banyak bangunan. Bahkan, ada satu kampung di Palu yang hilang ditelan tanah bergerak.

Sementara, untuk wilayah Garut berdasarkan keterangan sejumlah warga menyebutkan bahwa sungai Cimanuk mengamuk karena memang wilayah itu kerap menjadi tempat perkumpulan perilaku menyimpang.

“Itu sebabnya wilayah dekat Cimanuk luluh lantah, karena banyak perilaku menyimpang,” kata salah satu warga yang tak mau disebutkan namanya ketika ditemui redaksi beberapa waktu lalu.

Penulis dalam hal ini tidak akan membahas perihal musibah yang terjadi akibat perilaku manusianya, tetapi dampak akibat prilaku menyimpang itu. Terlebih, banyak korban akibat perilaku menyimpang tersebut.

Seperti yang disampaikan psikiater dari Universitas Padjadjaran Teddy Hidayat. Dia menjelaskan bahwa seseorang yang masuk dalam kelompok LGBT beresiko mengalami gangguan kejiwaan. Mengapa demikian, resiko gangguan jiwa tersebut akan terjadi ketika seseorang telah terpapar penyakit seksual seperti HIV maupun hepatitis C. Yang  kemudian (pelaku LGBT) itu dikucilkan dari kelompok maupun lingkungannya.

Ketiadaan tempat bernaung, kata dia, membuat seseorang tersebut akan mengalami depresi dan stress yang akhirnya berujung pada kondisi kejiwaannya yang terganggu.

“Artinya tentu ada konflik dengan lingkungan, konflik dengan dirinya sendiri, ada resiko tergelar HIV. Ini beresiko, kita harus tangani dengan baik,” ujarnya saat menggelar diskusi peringatan Hari Kesehatan Jiwa di Kebun Binatang Bandung, Jawa Barat, Rabu (10/10).

Menurut dia, dalam lima tahun terakhir, kasus HIV meningkat dengan tajam. Berdasarkan data yang dikumpulkannya, sekitar 60 hingga 70 persen kasus infeksi HIV berasal dari hubungan sex sesama jenis atau homoseksual.

Peningkatan ini bukan diakibatkan dari penyakitnya, namun dari kelompok seseorang yang berprilaku homoseksual. Tidak ada jaminan seseorang melakukan hubungan seksual sesama jenis secara aman hingga akhirnya mengidap HIV atau Hepatitis C.

“Kalau homoseksual angkanya tidak akan begitu (naik tajam), tidak pernah. Kalau pun naik tidak akan tinggi. Kalau tiba-tiba ada kenaikan begitu tinggi berarti ada sesuatu, jangan-jangan dia cari duit untuk bisa bergaul, lifestyle dengan prilaku homoseksual,” ujar dia.

Untuk menekan angka penyebaran penyakit HIV dan hepatitis, sebut Teddy perlu adanya identifikasi pengelompokan seseorang yang telah terjangkit dengan yang tidak, di samping mengembalikan prilakunya ke kondisi normal.

“Kita sedang mencoba membuat instrumen dulu untuk membedakan si A masuk ke kelompok mana, itu kan harus diukur dengan baik dengan alat benar. Kalau sudah ketemu intervensinya seperti apa,” kata dia.

LGBT di Indonesia memang ditentang keras, karena hal tersebut tidak sesuai dan sangat menyimpang dari ajaran agama manapun. Lalu, apa yang menyebabkan seseorang memiliki penyimpangan perilaku dalam orientasi seks tersebut?

Faktor Penyebab Terjadinya LGBT

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara