Sekjen PBNU Helmi Faishal saat menyampaikan sambutan saat tasyakuran Harlah Fatayat NU di Jakarta, Kamis (21/4). Harlah fatayat NU ke 66 ini mengambil tema 'Gerakan Perempuan sebagai Penguat Budaya dan Karakter Bangsa dalam Meneguhkan NKRI.' AKTUAL/HO

Jakarta, Aktual.com – Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama mengancam akan melakukan unjuk rasa jika pemerintah tetap memaksakan untuk memberlakukan kebijakan lima hari sekolah delapan jam perhari atau full day school.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Lembaga Pendidikan Maarif Nahdlatul Ulama, Arifin Junaidi kepada wartawan di Gedung PBNU, Jakarta, Kamis (15/6).

“Kalau ini dipaksakan, guru dan murid di bawah LP Maarif bisa ke Jakarta,” kata Arifin.

Ia mengungkapkan bahwa sedikitnya ada 48 ribu sekolah dan 30 ribu madrasah di seluruh Indonesia yang bernaung di bawah LP Maarif. Menurutnya, sudah banyak lembaga pendidikan naungan LP Maarif, khususnya madrasah, yang sudah mengeluhkan rencana full day school.

“Kami cek juga, guru sekolah Islam resah dengan kebijakan itu. Guru agama kami bilang jauh panggang dari api soal full day school apa pun itu namanya sama saja. Kami terima surat, mereka meminta agar ada surat ke Presiden karena Mendikbud membuat gaduh,” kata dia.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBNU Helmy Faishal Zaini juga mengungkapkan adanya reaksi negatif dari kalangan pondok pesantren yang terafiliasi dengan NU. Menurutnya, kalangan pondok pesantren tersebut sudah menyampaikan keberatan kepadanya terkait full day school.

Helmy juga mengaku sudah berupaya untuk membendung hasrat dari arus bawah yang ingin menuju Jakarta untuk melakukan demonstrasi. Ia beralasan jika aksi tersebut akan lebih baik jika dilangsungkan setelah bukan Ramadan usai.

“Kami memiliki pesantren yang terafiliasi dengan NU sekitar 70 ribu di Indonesia. Banyak yang mau silaturahmi ke PBNU tapi tentu sekalian turun ke jalan untuk memprotes,” kata dia.

(Teuku Wildan)

Artikel ini ditulis oleh: