Menteri BUMN, Rini Soemarno secara resmi telah menandatangani Holding BUMN industri pertambangan. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Menteri BUMN Rini Soemarno sangat ngotot untuk mengusung holding BUMN. Setelah mengholdingkan BUMN sektor tambang, Rini semakin ngotot untuk membuat holding BUMN energi.

Holding BUMN ini menjadikan PT Pertamina (Persero) sebagai induk dengan PT PGN (Persero) Tbk dan PT PLN (Persero) sebagai anak usaha. Dengan holding ini, ternyata PGN yang paling banyak dirugikan.

Pasalnya, sebagai perusahaan paling sehat, PGN tentu akan merasakan beban utang yang besar dari PLN dan Pertamina.

Selama ini, utang BUMN energi ini sangat besar. PLN paling besar utangnya sekitar Rp 300-400 triliun, kemudian Pertamina sekitar Rp 100 triliunan, dan PGN paling sedikit utangnya sekitar Rp 40 triliun.

“Jika jadi holding, maka utang yang besar itu menjadi beban bagi yang BUMN yang sehat (PGN),” jelas ekonom dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng, di Jakarta, Kamis (14/12).

Apalagi kemudian, kata dia, dengan kebijakan holding ini, maka perusahaan BUMN yang bukan induk akan menjadi anak usaha BUMN, sehingga akan mudah diswaatakan.

“Ini sepertinya, siasat terselubung dari Rini Soemarno yang menginginkan holding hanya untuk menjadikan perusahaan tersebut menjadi milik swasta,” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nebby