Program BBM Satu Harga di Papua
Jakarta, Aktual.com – Ketergantungan Indonesia pada Bahan Bakar Minyak menjadi kekhawatiran bagi Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta. Apalagi hampir setengah dari kebutuhan nasional diperoleh melalui impor.
Karena itu, Arief mendorong agar kebijakan pemerintah memberi ruang fiskal keekonomian untuk pengembangan sumber energi lain yang lebih berkelanjutan. “Kita harus mengurangi ketergantungan kita pada migas karena kita memiliki potensi besar sumber daya alam yang menggantikan  migas seperti biodiesel dan biomassa. Harusnya aktifitas investasi sektor energi diarahkan ke sana,” kata Arif kepada Aktual.com di Jakarta, ditulis Senin (30/10).
Sebagaimana yang dikatakan Ekonomi Energi UGM dan Mantan Anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas Fahmy Radhi pada 2014, konsumsi BBM sudah mencapai 1.450 ribu barrel per hari. Sedangkan kapasitas kilang minyak terpasang sebesar 860 ribu barrel per hari. Sehingga dibutuhkan impor BBM sekitar 590 ribu barrel per hari.
Pada April 2017, konsumsi BBM meningkat menjadi 1.740  ribu barrel per hari, sedangkan kapasitas Kilang terpasang naik hanya sedkit menjadi 920 ribu barrel per hari, sehingga impor BBM naik menjadi  820 barrel per hari, hampir mencapai 50% dari total konsumsi BBM.
Kegagalan mengurangi ketergantungan impor BBM ini karena akibat keterbatasan kapasitas Kilang Minyak yang dioperasikan oleh Pertamina. Pasalnya tegas Fahmy, Pertamina tidak pernah membangun Kilang Minyak baru sama sekali dalam 20 tahun terakhir.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Dadangsah Dapunta