Unjuk rasa yang dilakukan Laskar Perantau NTB dan Front Pembela TGB (FPT) di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (19/10). (AKTUAL/ TEUKU WILDAN)

Jakarta, Aktual.com – Ratusan massa tergabung dalam Laskar Perantau NTB dan Front Pembela TGB (FPT) menggelar aksi unjuk rasa didepan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Jumat (19/10).

Mereka mendesak kepada KPK untuk tidak terintervensi oleh segelintir kelompok maupun mantan pimpinan KPK yang ikut campur didalam internal lembaga antirasuah.

“Ketua KPK Bapak Agus Rahardjo dan para pimpinan KPK lainnya, kami berharap mereka tidak masuk angin. Kami sangat mengutuk jika ada mantan pimpinan KPK yang mengintervensi kasus yang sedang ditanganinya,” tegas Koordinator aksi Ahmad L. saat berorasi.

Dalam aksinya, para demonstran itu juga mendoakan untuk mengusir setan-setan yang ingin mengganggu dan intervensi KPK.

Lebih lanjut, Ahmad sependapat dengan beberapa pakar hukum dan bahkan Ketua KPK sendiri yang sudah memastikan bahwa pertemuan antara Deputi Penindakan KPK Brigjen (Pol) Firli dan Deputi Pencegahan KPK Pahala Nainggolan dengan TGB tidak melanggar aturan.

Dia menyakini tidak ada konflik kepentingan terkait pertemuan tersebut.

“Kami yakin KPK tidak terpengaruh dengan pihak-pihak yang sudah umek kayak cacing kepanasan, mencoba cari-cari kesalahan,” kata Ahmad.

“Ada mantan pimpinan KPK yang sok kebal hukum, sok paling benar. Kami cuma sarankan berkaca dulu, atau kami minta cabut Deponeringnya,” ucap dia lagi.

Ahmad meyakini, para Deputi KPK telah menjalankan tugas dan kewenangannya sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) kelembagaan tersebut dengan sepengetahuan pimpinan.

“Lantas kenapa orang di luar KPK jadi ribut, seperti yang dilakukan oleh ICW (Indonesia Corruption Watch (ICW),” sebut dia.

Khusus untuk ICW, Ahmad menyebut LSM ini sebagai pihak yang telah berupaya melakukan pembunuhan karakter terhadap figur Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB).

Sebab, ICW kembali menyeret-nyeret nama besar TGB terkait pertemuannya dengan dua pimpinan KPK. ICW juga mendesak agar KPK menindaklanjuti atas dugaan pelanggaran kode etik tersebut.

“Sungguh laknat orang-orang yang sengaja merusak kehormatan TGB dengan pemberitaan negatif menuduh menerima gratifikasi dari divestasi saham Newmont. Kami minta KPK jangan masuk angin dengan opini-opini diluar, kami yakin KPK solid,” jelas dia.

Dia pun memastikan dalam suatu penyelidikan dan penyidikan KPK dilakukan secara independen. Tak pernah ada intervensi untuk membelokkan atau menyetir arah proses-proses tersebut.

“KPK jangan mau di intervensi dari pihak luar. KPK harus independen,” tambah dia.

Ahmad kembali mengingatkan kepada Agus Rahardjo cs untuk tidak terpengaruh dengan bualan-bualan yang sengaja ingin membenturkan lembaga antirasuah dengan Polri. Khususnya, fitnah keji yang diarahkan kepada Kapolri Jenderal Tito Karnavian soal pemberitaan Indonesialeaks.

“KPK jangan terpengaruh dengan fitnah-fitnah keji yang beredar diluar. Keakuratan pemberitaannya tidak bisa dipercaya sehingga hampir mirip dengan hoaks. Kapolri Jenderal Tito menjadi korban pembunuhan karakter bagi musuh-musuh nya. Waspadai upaya pelemahan KPK dengan mengadu domba KPK dan Polri,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Teuku Wildan