Jakarta, Aktual.com – Para pengusaha ritel mengeluhkan menyusutnya konsumsi ritel masyarakat belakangan ini, termasuk saat Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Padahal biasanya, momen Lebaran bisa menjadi panen bagi pengusaha ritel.

Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Mandey, kondisi menyusutnya pasar ritel diakuinya terjadi sudah dua tahun ini. Bahkan keleseuan itu, kata dia, dirasakan hampir seluruh jenis barang ritel, seperti makanan, minuman, dan pakaian.

“Bisa jadi memang kondisi itu terjadi karena adanya perubahan pola berbelanja masyarakat. Dari yang biasanya belanja bulanan menjadi sesuai kebutuhan. Dan perubahan pola ini berpengaruh sampai ke Lebaran,” jelas Roy di Jakarta, ditulis Jumat (30/6).

Kondisi terpuruknya konsumsi ritel itu, kata dia, sudah kelihatan sejak minggu pertama bulan puasa hingga pekan keduanya. “Itu pertumbuhannya tidak baik ya,” kata dia.

Namun demikian, kata dia, dirinya menengarai ada faktor lain yang memengaruhi kelesuan konsumsi ritel itu. Roy menilai ada sentimen negatif di masyarakat terhadap kondisi politik, sosial, dan ekonomi Indonesia.

“Saya lihat masyarakat semakin kurang percaya pada kinerja pemerintah, meski indikator-indikator makro ekonomi Indonesia bagus. Juga kredit macet perbankan menurun. Tapi kenapa mikronya jelek? Artinya, ada variabel yang tidak terukur di sana, yaitu sentimen masyarakat terhadap negeri ini (pemerintah),” terang dia.

Dia menegaskan, pada Lebaran tahun lalu (2016), pertumbuhan konsumsi ritel mencapai 5-6%. Namun, kondisi saat ini dinilai lebih buruk dari tahun lalu. Sebab, kinerja pertumbuhan ritel selama awal Ramadan lalu justru menurun dari 4,1 persen  pada April 2017 menjadi 3,6 persen pada Mei 2017.

“Itu saya dapat kabar dari teman-teman ritel kalau situasi rendahnya konsumsi masih berlanjut sampai awal Juni. Data belum kami peroleh secara menyeluruh, tapi informasi dari lapangan seringkali stok masih penuh,” keluh Roy.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan