Jakarta, Aktual.com — Fatimah merupakan gadis cantik keturunan Iran. Kehidupannya amatlah patut dijadikan contoh bagi Muslimah lainnya. Ia merupakan anak dari seorang Pangeran. kehidupannya pun bergelimang dengan harta. Namun demikian, tak membuat dirinya lupa akan kewajibannya menjalankan perintah Allah SWT. Waktu dirinya justru dimanfaatkan untuk beribadah, berzikir dan membaca Al Quran.

Fatimah seperti wanita pada umumnya, harus menjalankan Sunah Rasullulah SAW untuk menikah. maka diutuslah seseorang untuk mencari seorang lelaki saleh dan yang merupakan seorang Sufi. Dan ternyata, Fatimah telah lama menaruh hati kepada sufi tersebut.

Nama Sufi itu yakni, Ahmad. Syaikh Ahmad cocok dengannya. Sama-sama menempuh jalur sufi, sehingga bisa saling memahami. Maka, mengirimkan utusan tuk tawarkan dirinya adalah sebuah kemuliaan. Persis seperti yang dilakukan Ummu Khadijah kepada Rasulullah Saw yang mulia.

Ketika ditunjuk untuk mendampingi Fatimah, ternyata cinta Fatimah hanyalah sebelah tangan. Syaikh Ahmad belum menyetujui pernikahan tersebut. Fatimah pun berprasangka baik. Ia berpikir bahwa Syaikh Ahmad hanya menguji kesungguhannya

Oleh karena itu, Fatimah mengutus oraang kepercayaaanya agar meminang untuk kedua kalinya kepada Syaikh Ahmad. Ajuan diri yang kedua ini diiyakan oleh Syaikh Ahmad. Ia berpikir, wanita soleha yang mengajukan dirinya itu serius menapaki jalan sunah melalui menikah. Pasalnya, secara keilmuan dan kriteria lainnya, Fatimah satu kelas berada di atas dirinya.

mereka pun akhirnya menikah. Sepasang Sufi ini pun memadu cinta dalam sunah. Bahagia namun tak lalai kepada perintah Allah SWT. Mereka justru bersama-sama berjalan menuju Allah SWT.

Menikah dengann Syaikh Ahmad, Fatimah menjadi memiliki akses untuk berkenalan dengan guru sufi termasyhur kala itu, Dzun Nun al-Mishri dan Bayazid Bistami. Kesempatan langka itu pun dimanfaatkan dengan amat baik. Melalui dua guru spiritual tersebut, Fathimah semakin matang dalam riyadhah mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.

Fatimah pun mendapat pujian dari kedua guru spritualnya, Fathimah dipuji. Dzun Nun yang merupakan guru spiritual terbesar zaman itu berkata, “Fathimah adalah wanita soleha yang sangat memahami Al Quran.” Sedangkan, Bayazid Bistami berkomentar, “Dalam sejarah hidupku, aku hanya mengenal satu-satunya wanita yang layak dipuji, ialah Fathimah.”

Mendengar pujian guru tersebut, sempat membuat Syaikh Ahmad cemburu karena gurunyalah yang memuji. Fatimah yang mengetahui kecemburuan sang suami berusaha menenangkan dengan berkata bahwa “Kau adalah karib dengan diri alamiahku. Sedangkan ia (kedua syaikh) adalah jalan spiritualku.” ia pun menegaskan bahwa suaminyalah yang berhak seutuhnya atas dirinya.

Artikel ini ditulis oleh: