Ketua MPR Zulkifli Hasan saat diskusi dengan tema, "4 Pilar sebagai Instrumen Penangkal Informasi Hoax" di Jakarta, Senin (12/3/18). Maraknya berita-berita hoax membahayakan bangsa Indonesia. Apalagi jelang pemilu. Untuk mengeremnya, masyarakat ditekankan lebih meresapi materi empat pilar kebangsaan dan mengamalkannya. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Ketua MPR, Zulkifli Hasan sangat keberatan dengan kata radikal yang seakat konotasi itu disandangkan atau dialamatkan kepada umat islam. Zul menegaskan bahwa islam tidak pernah mengajarkan radikalisme, malah islam berkontribusi atas kerukunan antar umat beragama di Indonesia.

“Tangkap siapapun teroris atau yang sebarkan paham kebencian, tapi jangan sebut lagi masjid radikal. Istilah itu menyudutkan umat Islam,” ujar dia ditulis Selasa (12/6).

Zul memaparkan, jika umat islam radikal dan anarkis tentu tidak akan mampu membangun konsolidasi dan kondusifitas saat aksi 212. Pada aksi demonstrasi terbesar dalam sejara yang melibatkan jutaan manusia itu, umat islam mencerminkan sebagai umat yang penuh kedamaian.

Tak bisa dibayangkan ujar Zul, jika yang aksi itu adalah orang yang pemarah dan tidak cinta damai, tentu diyakini akan berujung pecahnya huru hara besar dalam negeri.

“Bayangkan 7 juta umat Islam aksi dalam keadaan marah tapi tak ada satu pun korban luka, tak ada rumput rusak, tak ada sampah berserakan. Ini bukti kalau stigma radikal itu salah alamat,” ujar dia.

Pada aspek lain, Zul menyerukan agar umat islam terus menjaga ukhuwah islamiah, ini juga tercermin pada aksi 212.

“Di aksi 212 ada 7 juta umat Islam turun melakukan aksi tanpa bertanya ormasnya dari mana, latar belakangnya apa, dan perbedaan lainnya. Semua bersatu membela agama juga bangsanya,” sebutnya.

Pria asal Lampung Selatan ini yakin persatuan umat islam dapat memberi perbuatan signifikan pada arah pembangunan bangsa.

“Potensi umat Islam sangat besar kalau mau bersatu. Kuat secara politik dan mandiri secara ekonomi. Potensi yang sebenarnya sudah dimulai dari aksi 212,” pungkas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Dadangsah Dapunta