Ketua DPR Setya Novanto menyampaikan keterangan pers di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (18/7). Ketua DPR Setya Novanto memberikan keterangan pers terkait penetapan diriinya sebagai tersangka kasus korupai KTP elektronik (E-KTP) oleh KPK. Dalam keterangnnya Setya Novanto Masih menjabat sebagai Ketua DPR. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Pengamat Politik dari Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago atau biasa disapa Ipang mengatakan, peta politik dalam pengambilan hasil keputusan RUU Pemilu pada sidang Paripurna akan berubah.

Perubahan itu pasca penetapan Ketua Umum DPP Partai Golkar Setya Novanto sebagai tersangka kasus e-KTP oleh KPK dalam kasus dugaan mega proyek e-KTP.

“Peta politik bisa berubah, karena Golkar dalam kondisi abnormal. Ada kemungkinan Golkar melunak dengan tidak memaksakan kehendak 25 persen Presidential Treshold,” kata Ipang saat dihubungi di Jakarta, Kamis (20/7).

Menurut Ipang, pertarungan RUU sebetulnya hanya ada dua kekuatan polaritas atau bipolar yaitu kekuatan yang bertumpu antara Gerindra-Demokrat versus PDI-P dan Golkar.

Sedangkan yang lain sikapnya berada di tengah bukan berarti partai papan tengah seperti PKS, PAN, PKB dan PPP tidak menentukan. “Tetap bisa menjadi penentu. Namun yang paling menentukan dan bisa mengubah konstelasi politik secara ekstream adalah Golkar.”

“Sehingga Golkar adalah real partai penentu RUU Pemilu.”

[Novrizal Sikumbang]

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Novrizal Sikumbang
Editor: Wisnu