Wacana pemindahan ibu kota. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan kekerapan dan kekuatan bencana semakin tinggi karena laju kerusakan lingkungan jauh lebih cepat dibanding upaya pemulihannya.

“Laju kerusakan hutan rata-rata 750.000 hektare hingga satu juta hektare setiap tahun. Kemampuan pemerintah untuk rehabilitasi hutan dan lahan rata-rata maksimum 250.000 hektare per tahun,” kata Sutopo dihubungi di Jakarta, Senin (5/3).

Fungsi sungai juga cenderung menurun sehingga daerah aliran sungai (DAS) menjadi kritis. Luas lahan kritis di Indonesia mencapai 24,3 juta hektare.

Salah satu penyebab kerusakan lingkungan adalah peningkatan kebutuhan lahan baik untuk keperluan pertanian, industri maupun permukiman yang tidak diimbangi dengan pengaturan tata ruang berbasis bencana, termasuk urbanisasi.

“Selain itu, perilaku masyarakat juga masih belum memperhatikan aspek lingkungan seperti menjadikan sungai tempat pembuangan sampah dan penebangan liar,” tuturnya.

Selain faktor manusia yang menyebabkan kerusakan lingkungan, faktor pemanasan global, perubahan iklim dan cuaca ekstrem juga memperparah dampak bencana.

“Kemampuan mitigasi bencana secara umum juga masih belum memadai, baik mitigasi secara struktural maupun nonstruktural,” katanya.

Sepanjang Januari hingga Februari 2018 terdapat 513 kejadian bencana di seluruh Indonesia dengan kerusahakan diperkirakan mencapai puluhan triliun rupiah.

Bencana selama dua bulan itu terdiri atas puting beliung 182 kejadian, banjir 157 kejadian, longsor 137 kejadian, kebakaran hutan dan lahan 15 kejadian, kombinasi banjir dan tanah longsor 10 kejadian, gelombang pasang dan abrasi tujuh kejadian, gempabumi merusak tiga kejadian dan letusan gunung api dua kejadian.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara