Jakarta, Aktual.com – Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI menyatakan belum mengetahui secara pasti adanya warga Indonesia yang meninggal dalam bentrokan di Marawi, Filipina. Pihak Kemenlu sendiri mengakui jika proses verifikasi mengenai hal tersebut belum dilakukan.

Padahal beredar informasi yang menyebutkan beberapa militan ISIS, di antaranya berasal dari Indonesia, telah tewas dalam bentrokan yang terjadi di Marawi, Filipina, beberapa waktu lalu.

“Beberapa waktu lalu ada info itu tapi kita belum tahu. Kita belum memverifikasi, karena paspor masih dipegang oleh otoritas Filipina,” ujar juru bicara Kemenlu, Arrmanatha Nasir di kantor Kemelu, Jakarta Pusat, Jumat (26/5).

Namun demikian, perempuan yang biasa disapa Tata ini mengatakan dari data yang dimiliki Kemenlu, terdapat 17 WNI yang tinggal di Marawi, Filipina. Dari 17 WNI yang ada, hanya satu yang menetap dan berkeluarga di Marawi, sedangkan sisanya merupakan kelompok majelis tabligh.

Ke-17 WNI ini pun disebut Tata dalam kondisi yang aman.

“Kondisi mereka dalam keadaaan baik, tinggal di lokasi dekat kantor polisi setempat, mereka mengkuti aturan tidak keluar pada jam tertentu. Komunikasi terus dilakukan dengan kosulat kita di Nepal,” katanya.

Sebelumnya diberitakan, terdapat 13 militan terkait kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) meninggal dunia dalam bentrokan dengan tentara Filipina di kota Marawi, Pulau Mindanao, Filipina. Dari 13 korban tewas tersebut, dikabarkan terdapat enam militan yang merupakan warga negara negara asing asal Indonesia dan Malaysia.

Solicitor General Filipina, Jose Calida, dalam konferensi pers pada Jumat (26/5) kemarin, menyatakan bahwa beberapa warga Malaysia dan Indonesia termasuk dalam ‘militan asing’ yang bertempur bersama kelompok Maute, yang terkait dengan ISIS di Marawi.

“Sebelum itu, mereka hanya kelompok teroris lokal. Tapi sekarang mereka mengikuti ideologi ISIS. Mereka ingin menjadikan Mindanao sebagai bagian kekhalifahan mereka,” terang Calida.

Laporan: Teuku Wildan

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Teuku Wildan
Editor: Andy Abdul Hamid