Jakarta, Aktual.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan perwakilan pemerintah kembali melakukan pembahasan asumsi dasar makro Rancangan APBN 2017 dengan Komisi XI DPR. Salah satu asumsinya adalah bahwa pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi di angka 5,4 persen. Namun jika dilihat dari kondisi yang ada mestinya pemerintah bisa menggenjot perekonomian di atas 5,4 persen.

Menurut anggota Komisi XI DPR, M Sarmuji angka 5,4 persen itu sangat konservatif. Mengingat APBN 2018 dianggap tak lagi ekspansif seperti di tahun ini.

“APBN 2018 itu memang dirancang tidak ekspansif dibanding pada tahun ini. Di 2017 itu target 5,2 persen saya optimis bisa tercapai. Mestinya di tahun depan targetnya harus lebih dari 5,4 persen,” papar dia di Gedung DPR/MPR, Jakarta (7/9).

Apalagi, kata dia, target defisit anggaran cuma 2,19 persen atau Rp325,9 triliun. “Jadi APBN 2018 itu cenderung tidak lagi ekspansif dilihat dari defisit 2,19%,yang jauh dari 2017. Pertumbuhannya 5,4 persen. Kalau target pertumbuhan ekonomi di 2017 kan 5,2%, tapi semester pertama 5,01%. Jadi mestinya tahun ini bisa lebih dari 5,4 persen,” papar dia.

Dengan pertumbuhan ekonomi target di tahun ini bisa sesuai pemerintah. Makanya menurutnya, target pertumbuhan ekonomi pada tahun ini diyakini dapat tercapai. Untuk itu, pemerintah seharusnya mematok target pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan target 5,4% itu.

“Kami tetapkan APBN 2018 pemerintah targetkan 5,4% itu hanya sejengkal saja langkah dari 5,3%. Pada 2017 5,2% kami yakin itu akan tercapai. Kalau bisa 5,3% di semester II 2017, kenapa 2018 hanya 5,4%?,” tanyanya.

Dia menegaskan, alam asumsi makro pada RAPBN 2018, komisi XI juga memberikan pandangan kepada nilai tukar Rupiah yang dipatok pada level Rp13.500 per USD. Menurutnya, nilai tukar ini terlalu tinggi jika melihat keadaan kurs Rupiah pada hari ini.

“Nilai tukar Rp13.500 (per USD) tapi di 2017 relatif terjaga di sekitar RP13.300 dan ekonomi cenderung baik. Target Rp13.500 apa tidak ketinggian? Kenapa tidak Rp13.400,” ucap dia.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan