“Jadi kita ini nanti akan buka sawah kurang lebih tiga juta hektar,” ujarnya saat berkampanye di Garut, 3 Juni 2014 silam.

Namun impor masih saja masuk ke wilayah Indonesia pada 2015. Berdasar data yang dirilis oleh katadata.co.id, beras, impor beras sepanjang 2015 memiliki nominal hingga 110,4 juta dollar AS. Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah beras impor pada 2015 mencapai 569,62 ribu ton.

Impor beras tak berhenti di situ saja, lantaran gelontoran beras dari negara tetangga yang masuk ke Indonesia pada 2016 justru lebih banyak dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya, yaitu mencapai 1,28 juta ton. Angka ini merupakan jumlah beras yang diimpor sepanjang 2016 dengan nilai 531,84 juta dollar AS.

Masih berdasar data BPS, Indonesia masih melakukan impor beras pada tahun lalu. Sepanjang Januari-Oktober 2017, beras impor yang masuk ke tanah air mencapai 256,56 ribu ton dengan niai 119,78 dollar AS.

Catatan impor beras yang seolah tak berujung pun membuat Masrun kecewa lantaran pemerintah, khususnya Presiden Jokowi seakan telah melupakan janjinya semasa kampanye dulu. Yang lebih mengecewakan menurutnya adalah impor beras di awal tahun justru berbarengan dengan masa panen raya.

“Sekarang kan agak gimana gitu petani lihatnya. Wong waktu itu Pak Jokowi bilang enggak mau impor beras, tapi ternyata malah impor, apalagi impor berbarengan dengan masa panen,” ungkapnya dengan penuh sesal.

Senada dengan Judin, Masrun menegaskan jika pemerintah sangat melukai petani dengan melakukan impor dalam waktu yang berbarengan dengan masa panen.

“Mbok ya impornya habis nandur (tanam padi) lah, dua bulan sebelum panen jadi enggak nyesek. Nah ini rasanya gimana gitu lho,” tambahnya.

Meskipun bernada kompromi terhadap impor beras, Masrun menyatakan petani akan sangat senang jika pemerintah lebih mengutamakan beras lokal, ketimbang harus impor.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nebby