Naypitaw, Aktual.com – Kelompok pemantau hak asasi manusia Amnesty International menyebut, pidato Suu Kyi sebagai “kebohongan dengan tindakan menyalahkan korban”, serta tidak menyalahkan pemerintah karena mengabaikan peran militer dalam kekerasan tersebut.

Sebab pernyataan Suu Kyi, kata mereka, tak berbanding lurus dengan keterangan sejumlah lembaga pemantau HAM dan pengungsi, yang mengatakan bahwa tentara telah menggelar aksi pembakaran yang ditujukan untuk mengusir warga Rohingya yang tidak diakui kewarganegaraannya oleh pemerintah dari Myanmar.

Terlebih, Badan HAM PBB menyebut ulah tersebut sebagai “contoh khas pembersihan suku”. Seperti yang dilansir Reuters, Selasa (19/9) pihak Myanmar pun membantah tudingan itu, dengan mengatakan bahwa pasukan mereka menggelar operasi untuk menumpas pemberontakan kelompok bersenjata Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), yang bertanggung jawab atas sejumlah serangan sejak Oktober tahun lalu.

Pemerintah menuding ARSA sebagai organisasi teroris yang melakukan pembakaran di desa-desa Rakhine. Meski Suu Kyi, tapi dia tidak berkomentar apapun mengenai operasi militer, yang menurut para pengungsi di Bangladesh telah menyerang warga sipil dan membakar desa-desa. Hingga kini tudingan itu masih belum bisa dibuktikan karena Myanmar masih membatasi kunjungan wartawan ke wilayah konflik.

Suu Kyi dalam pidatonya nampak berupaya menghindari konfrontasi dengan tentara, yang masih sangat berpengaruh dalam genosida etnis Rohingya, meski sudah menyerahkan kekuasaan ke tangan sipil sejak transisi demokrasi 2011.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Wisnu