Bank BJB

Jakarta, Aktual.com – Kinerja PT Bank Jawa Barat dan Banten (BJB) Syariah dinilai sangat buruk sehingga berkontrubusi negatif terhadap kinerja induknya, PT BJB Tbk (BJBR). Sehingga memicu rasio kredit macet (NPL) perseroan yang meninggi.

Tentu saja yang ini berimbas pada rating surat utang dari BJB yang tertahan di posisi AA- karena terbebani oleh utang tinggi itu.

“Saat ini NPL BJB tinggi mencapai 2,9 persen. Kontributor kredit macetnya berasal dari sektor produktif dan itu disumbang oleh anak usahanya, BJB Syariah,” sebut analis Pefindo, Hendro Utomo, di Jakarta, Selasa (21/11).

Dia menegaskan, NPL BJBR sebetulnya cuma 1,5 persen, tapi disumbang oleh BJB Syariah dan begitu dikonsolidasi mencapai 2,9 persen.

“Angka NPL yang tinggi bahkan hampir menyamai NPL industri yang di kisaran itu. Dan menurut kami kinerja itu sangat mengkhawatirkan,” jelas Hendro.

Sementara aset BJB Syariah sendiri hanya 6-6,5 persen dari total aset BJBR. Sementara pasokan ke NPL-nya justru sangat tinggi.

“Sebetulnya peringkat utang perseroan mencerminkan posisi BJBR sangat kuat di industri perbankan nasional, karena ada pasar captive di Jabar dan Banten. Tapi karena NPL tinggi dari segmen produktif dan indikator profitabilitas yang moderat akan sangat mengganggu,” jelas dia.

Menurutnya, peringkat utang itu bisa dinaikkan jika BJBR mampu memperkuat profil usaha dan menggenjot kualitas aset dan profitabilitasnya secara signifikan. Tapi peringkat tersebut dapat diturunkan jika pangsa pasar BPD itu sangat menurun dan indikator keuangan mengalami pemburukan yang signifikan.

“Terutama untuk profil profitabilitas dan kualitas asetnya,” ujarnya.

Pewarta : Busthomi

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Bawaan Situs