Presiden Joko Widodo (kanan) berdiskusi dengan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian (tengah) serta Komandan Korps Brigade Mobil (Brimob) Irjen Polisi Murad Ismail (kiri) seusai upacara pengarahan kepada personel di Mako Brimob Kelapa Dua, Jakarta, Jumat (11/11). Presiden menegaskan tugas serta tanggung jawab Korps Brimob untuk mengamankan wilayah serta sebagai pemersatu bangsa, Presiden juga memberikan apresiasi terkait pengamanan saat demonstrasi 4 November lalu. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/foc/16.

Jakarta, Aktual.com – Kapolri Jenderal Tito Karnavian menggelar pertemuan dengan sejumlah elemen mahasiswa di kampus Universitas Tri Sakti, Grogol Jakarta Barat. Kegiatan yang di dihadiri oleh 80 Badan Eksekutif Mahasiswa se-Indonesia ini bertujuan untuk menyampaikan peran mahasiswa dalam mendukung Kamtibmas.

Dalam sambutannya, Tito Karnavian mengatakan bahwa Indonesia adalah negara demokrasi. Karena itu demokrasi yang sudah ditegakan harus berjalan konsekuen. “Kita harus jalankan dan kita kawal, sehingga mahasiswa silahkan untuk menyampaikan pendapatnya bebas, tapi tentunya ada batasan,” ujar dia di Jakarta, Sabtu (12/11).

Menurut dia, dalam penyampaian pendapat jangan sampai mengganggu ketertiban publik, jangan sampai mengganggu hak asasi orang lain. “Jangan sampai juga tidak mengindahkan etika dan moral. Yang paling utama sekali jangan sampai mengancam NKRI.”

Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme ini juga menekankan, persatuan dan kesatuan bangsa harus di tegakan bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa. “Boleh berbeda pendapat tapi jangan sampai memecahkan dan mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa, ini yang harus kita jaga.”

Pria kelahiran Palembang ini juga meminta kepada mahasiswa agar aktif untuk memberikan pencerahan, menjadi agent of change atau di lingkungan masing-masing dalam arti yang positif. “Mahasiswa juga menjadi mesin pendorong pembangunan di lingkungan masing-masing, karena mereka berfikir secara rasional, orang yang terdidik secara intelektual, tidak mudah terhasut, tidak memprovokasi media sosial.”

Sehingga mantan Kapolda Metro Jaya ini meminta mahasiswa jangan men-share sesuatu yang belum tentu akurat. Mahasiswa kata Tito mesti cerna dulu sesuatu masalah baru mengambil kesimpulan dan baru memutuskan langkah selanjutnya.

“Kita adalah negara NKRI yang berbeda-beda tetapi justru itu yang menjadi pemersatu kita, hal itu adalah kekayaan bangsa kita yang harus kita banggakan, itu yang saya tekankan.”

Lulusan terbaik di Akademi Kepolisian tahun 1987 ini berpesan, mahasiswa mesti mengawal demokrasi. Tapi demokrasi ini juga memiliki tata cara aturan, tidak sebebas-bebasnya. Kata Tito, mahasiswa mesti mendorong pembangunan dengan sikap kritis itu boleh dilakukan dalam rangka untuk kritik yang konstruktif.

“Dan untuk Polri tugasnya adalah untuk memelihara dan menjaga stabilitas keamanan, melindungi, silahkan menyampaikan pendapat, tapi juga tolong berempati pada Polri yang juga harus menjaga ketertiban umum dan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.”

Pertemuan ini juga dihadiri Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar, Kepala STIK-PTIK Irjen Remigius, Sigid Tri Hardjanto dan Kapolres Jakarta Barat Kombes Roycke Harry Langie.

Laporan: Fadlan Syiam Butho

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Wisnu