Wakil Presiden Jusuf Kalla

Jakarta, Aktual.com – Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyebut Islam di Indonesia merupakan islam moderat. Dimana, islam Indonesia adalah islam jalan tengah yang memiliki ciri-ciri pergaulan hidup yang berbeda dengan Islam di Timur Tengah.

“Islam jalan tengah, Islam moderat. Islamnya sama, tapi cara gaya hidupnya, pergaulannya lebih kepada suatu yang dapat bersama berdampingan secara sesama agama maupun dengan agama yang lain dengan baik,” ujar Jusuf Kalla dalam kuliah umum di IAIN Manado, Minggu, (23/4).

JK mengatakan, hampir semua negeri-negeri Islam di Timur Tengah terjadi pertikaian dan konflik. Seperti, Irak, Yaman, Suriah dan sejumlah negara lainnya. Sehingga, perbedaan pandangan dalam Islam seringkali menjadi salah satu amunisi terjadinya perang.

Berbeda dengan Indonesia, kata dia, Islam di Indonesia dibawa oleh pedagang yang lebih transaksional bukan panglima perang. Inilah, yang membuat Islam di Indonesia lebih moderat.

JK menceritakan, dahulu Para wali yang menyebarkan agama Islam menggunakan jalan tradisi. Transisi yang terjadi dari agama Hindu atau Buddha ke dalam Islam berjalan dengan baik, sehingga dapat hidup berdampingan. Contohnya, candi Borobudur.

“Kalau negara lain Borobudur mungkin sudah hilang, tapi kami memelihara sebagai peninggalan bangsa,” katanya.

Selain itu, lanjutnya, Islam di Indonesia juga relatif tidak memiliki perbedaan yang mencolok. Karenanya, ia berharap agar IAIN mampu menjaga Islam di Indonesia tetap di jalan tengah, dan moderat.

“Apalagi kini Indonesia menjadi acuan bagi berbagai negara dalam mengembangkan kerukunan,” tukasnya.

JK menambahkan, kini belajar Islam di negara-negara Islam yang tengah dilanda peperangan dan konflik tidak lagi relevan, mengingat tidak ada lagi peradaban dan akhlak.

“Islam pada dasarnya agama peradaban dan akhlak, masih adakah peradaban dan akhlak di negara-negara itu pada dewasa ini. Tiap hari hanya kita lihat saling membunuh, saling mengebom, saling menzalimi satu sama lain,” pungkasnya.

Laporan: Nailin in Saroh

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Andy Abdul Hamid