Jakarta, Aktual.com — Presiden Joko Widodo (Jokowi), mengaku heran dengan kondisi perbankan nasional yang masih mematok suku bunga tinggi. Menurut dia, hal ini terjadi karena permasalahan di perbankan nasional selama ini tidak dapat teratasi dengan baik.

“Sebenarnya kuncinya simple. Negara lain bisa (suku bunga rendah), kenapa di kita masih suku bunga tinggi?” tegas dia di acara Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), di Jakarta, Rabu (30/3).

Selama ini kata dia, karena orang-orang yang maunya banyak duit selalu meminta suku bunga tinggi, ketika menyimpan uangnya di bank. Sehingga dengan begitu bank bersaing dengan menawarkan suku bunga tinggi.

“Makanya, hal seperti itu yang akan kita kendalikan. Apalagi uang-uang BUMN yang disimpan di perbankan itu sangat banyak dan minta suku bunga tinggi. Sekarang sudah tidak bisa lagi,” kata dia.

Justru, uang-uang BUMN itu sangat disayangkan hanya disimpan untuk mengandalkan bunga tinggi, tapi tidak digunakan untuk hal-hal yang produktif,” tegas dia.

Meski begitu, ia mengakui tidak bisa mengatur perbankan swasta yang masih mencari untung besar. “Saya juga paham ada cost of money yang tinggi dari perbankan kita. Tapi saya harap tidak ada lagi suku bunga tinggi,” tegasnya.

Dengan kondisi itu, harap dia, sinkronisasi antara sektor keuangan dan sektor riil semakin kuat. Sehingga dampaknya lebih positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

“Makanya, saya selalu minta BI (Bank Indonesia), OJK (Otoritas Jasa Keuangan), dan pemerintah harus sering rapat bareng agar ada sinkronisasi antara kebijakan moneter dan fiskal,” tegas dia.

Permintaan ini, sebut Jokowi, bukan sebagai bentuk intervensi pemerintah terhadap BI, justru ini hanya masukan saja dari pemerintah.

“Ini bukan bentuk intervensi. Saya hanya mau mereka serubg rapat bareng saja,” cetusnya.

Pernyataan Jokowi ini menjawab pertanyaan dari Ketua Umum Asosiasi Perbankan Daerah (Asbanda), Kresno Sediarsi.

Menurut dia, pada intinya pihak perbankan menyambut baik keinginan pemerintah agar suku bunga perbankan bisa single digit. Namun pada kenyataannya, pemilik modal yang mau menyimpan dananya selalu meminta suku bunga tinggi.

“Jadi pemilik dana itu lebih menentukan dalam suku bunyanya. Itu kenyataannya Pak,” keluh dia di depan Presiden.

Dengan dana besar yang disimpan di perbankan, para penilik modal itu selalu minta imbal jasa yang lebih tinggi. “Sehingga bagi mau tidak mau harus memberikan suku bunga tinggi. Itu yang kenudian memberatkan kami,” terang Kresno.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan