Kebutuhan Uang Akhir TahunPetugas mengatur uang di cash center BRI, Jakarta, Rabu (21/12). Bank Indonesia (BI) memproyeksi kebutuhan uang di bulan Desember 2016 akan berada di kisaran Rp88 triliun sampai Rp94 triliun. Kebutuhan uang ini meningkat 3% sampai 10% dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp85,6 triliun. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Serba berbau Cina sepertinya akan masuk ke sistem moneter yang dikelola Bank Indonesia (BI). Setelah sebelumnya, Presiden Joko Widodo pernah menyarankan agar nilai tukar rupiah diganti dengan Yuan bukan lagi dengan Dolar Amerika Serikat (USD) kini uang kartal baru pun dipandang mirip dengan mata uang Cina, Yuan.

Kondisi itu, kata Deputi Direktur Departemen Pengelolaan Uang BI, Yudi Harymukti, sejak uang baru terbitan tahun emisi (TE) 2016 ini diluncurkan, marak postingan di media sosial yang menyebut uang baru itu mirip dengan Yuan.

“Memang, ada beberapa posting di media sosial yang menilai uang baru kita mirip Yuan. Tapi pada intinya, sebagian bank sentral itu memang menggunakan warna sebagai pembeda masing-masing pecahan mata uangnya,” ucap Yudi di Gedung BI, Jakarta, Rabu (21/12).

Kondisi itu, sebetulnya kata Yudi, diakui oleh BI uang Rupiah baru dari sisi warna dan desain memiliki kemiripan dengan beberapa mata uang asing. Tidak cuma Yuan, tapi juga mirip mata uang Euro atau Riyal Arab Saudi.

“Akan tetapi, kalau dilihat satu per satu, antara Yuan, Euro, atau Riyal, maka uang kita justru lebih mirip Euro. Jadi kalau mau dimirip-miripin, (Rupiah) kita lebih mirip Euro,” terang dia.

Kendati mirip mata uang asing, kata dia, BI tidak berniat untuk memirip-miripkan Rupiah baru dengan mata uang asing. Pasalnya, masing-masing negara memiliki karakteristik, kebangsaan tersendiri, kebudayaannya yang tercermin dari mata uangnya.

“Kalau kita, justru menonjolkan kepahlawanan dan tempat pariwisata dalam uang baru kita,” kata Yudi.

Lebih jauh Yudi mengatakan dalam menentukan warna itu ada semacam aturan dan hal ini digunakan juga oleh bank sentral sebagai skema warna.‎

“Jadi ada gradasi warna (di uang baru) dan itu (warna) kita pakai terutama untuk menentukan sebagai pembeda utama. Terutama bagi masyarakat Indonesia,” kata Yudi.

Apalagi berdasar survei terakhir dari BI, tambah dia, sebanyak 90 persen masyarakat atau responden menggunakan warna sebagai pecahan. Jadi mereka tidak melihat nominal atau gambar pahlawan, justru lebih ingat dengan penggunaan warna.

“Makanya, kita gunakan warna untuk menghindari kesalahan pengenalan. Kita pastikan bahwa warna dengan angka depan yang sama misalnya 10 ribu dengan 100 ribu kita pastikan warnanya berbeda secara kontras. Tidak mirip-mirip,” jelas Yudi.

Dengan demikian, kata Yudi sangat wajar apabila terdapat adanya persepsi antara satu negara mirip dengan negara lain.

“Karena pada dasarnya warna di dunia itu ya segitu-gitu juga,” ujar Yudi.

Yudi juga menjelaskan alasan nama-nama pahlawan yang ada di pecahan uang baru tersebut. Seperti diketahui, sejak uang baru itu diluncurkan, di dunia maya muncul kontroversi terkait sosok pahlawan yang digunakan di uang tersebut.

“Kalau terkait nama-nama pahlwannya itu sudah dilakukan dalam tahap-tahap yang sangat panjang dan sudah dikoordinasikan dengan pemerintah baik pusat maupun daerah, dengan sejarawan, akademisi, dan tokoh masyarkat lainnya, ” kilah Yudi.

Pewarta : Busthomi

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Bawaan Situs