Wakil Presiden yang juga Ketua DMI Jusuf Kalla didampingi Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia, yang juga Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menjawab pertanyaan wartawan usai pengukuhan Dewan Masjid Indonesia di Masjid Istiqlal Jakarta, Jumat (12/1). Pengurus hasil muktamar di Asrama Haji pada 10-12 November 2017 tersebut diharapkan dapat menjalankan tujuannya untuk mewujudkan fungsi masjid sebagai pusat Dakwah, pengembangan masyarakat dan persatuan umat. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Wakil Presiden M Jusuf Kalla (JK) menegaskan agama bukan merupakan sumber konflik dan kekerasan tetapi hanya digunakan oleh segelintir orang untuk menjustifikasi konflik dan kekerasan yang tidak bisa dibenarkan.

“Sering terbukti bahwa pelaku kekerasan atas nama agama tersebut, bukanlah orang atau kelompok yang dikenal sebagai pengamal agama yang taat. Banyak di antara mereka juga tidak memahami agama dengan benar,” kata Wapres M Jusuf Kalla dalam pidato penganugerahan Doktor Kehormatan bidang sosiologi agama dari UIN Alauddin Makassar, Sulsel, Kamis (25/1).

Pemberian gelar Doktor Kehormatan dilakukan dalam sidang senat terbuka luar biasa yang juga dihadiri oleh Menteri Agama Lukman Hakim Syaefudin serta Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo dan para rektor UIN seluruh Indonesia.

Dalam orasi yang berjudul “Kajian Perdamaian: persepktif agama, ekonomi dan politik”, lebih lanjut JK menjelaskan memang terdapat kelompok yang atas nama agama melakukan tindakan kekerasan dan terorisme di berbagai negara, termasuk Indonesia. Tetapi, orang-orang atau kelompok seperti ini tidaklah representasi umat beragama secara keseluruhan “Oleh karena itulah saya meyakini bahwa agama bukan sumber konflik dan kekerasan. Semua agama sangat menekankan ajaran tentang perdamaian dan kedamaian,” kata Jusuf Kalla.

Menurut JK, membangun perdamaian adalah seni yang bersumber dari ketekunan, kegigihan dan keahlian.

Faktor-faktor penyebab konflik, kekerasan dan perang berkombinasi satu sama lain membuat terganggunya perdamaian dan harmoni dalam negara atau daerah tertentu.

“Faktor agama, sering datang belakangan dan dijadikan justifikasi atas konflik serta kekerasan yang telah terjadi sebelumnya,” kata Wapres.

JK menegaskan bangsa Indonesia patut bersyukur karena walaupun Indonesia penuh dengan keragaman dan kebhinnekaan, tetapi tradisi kerukunan dan kedamaian merupakan salah satu karakter wilayah ini sejak waktu lama.

Meski demikian, tambah perdamaian dan kedamaian tidak bisa dipandang sebagai telah selesai.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Eka